Sajak-sajak Akhmad Asya'ari
Biarkan Kami Merdeka Pemilu, Mulai terentang di ambang lagu merdu Tak ada rahasia yang mencibir bibir Dari polesan kata berumpun mutiara ...
https://www.rumahliterasi.org/2018/04/sajak-sajak-akhmad-asyaari.html?m=0
Biarkan Kami Merdeka
Pemilu,
Mulai terentang di ambang lagu merdu
Tak ada rahasia yang mencibir bibir
Dari polesan kata berumpun mutiara
Hingga kasak-kusuk, taburan rupiah
Menerawang langit dengan angkuh dan tawa
Survey teratas bertabur dupa
Doa terperangkap dalam paksa
Dengan deru yang menyeru
Untuk kemenangan yang membiru
Dilubuk matamu
Semakin jauh pula, janjimu lupakan letak
Jejak tak teriris kerak
Dari sekeping iming-iming
Hingga kata yang mendiami sumpah sejatera
Maka, meski agak terpaksa
Simpuh luluh, bukannya tak tahu
Duduk termangu bukanlah pilu
Senyum kecut hanya jawabku
Dari pinta, agar mangu lupakan candu
Aku hanya bisa berandai kebebasan
Dari kepulan bintang yang menyeringai
Sisipan boneka dari Jakarta
Hingga pengusaha luar kota
Atau penanam modal luar angkasa
Karena kami tak tahu
Pembeda antara darah dan empedu
Biarkanlah kami merdeka
Seperti orasimu, Proklamasi kedua...
Batuputih Kenek, 10 April 2018
Mulai terentang di ambang lagu merdu
Tak ada rahasia yang mencibir bibir
Dari polesan kata berumpun mutiara
Hingga kasak-kusuk, taburan rupiah
Menerawang langit dengan angkuh dan tawa
Survey teratas bertabur dupa
Doa terperangkap dalam paksa
Dengan deru yang menyeru
Untuk kemenangan yang membiru
Dilubuk matamu
Semakin jauh pula, janjimu lupakan letak
Jejak tak teriris kerak
Dari sekeping iming-iming
Hingga kata yang mendiami sumpah sejatera
Maka, meski agak terpaksa
Simpuh luluh, bukannya tak tahu
Duduk termangu bukanlah pilu
Senyum kecut hanya jawabku
Dari pinta, agar mangu lupakan candu
Aku hanya bisa berandai kebebasan
Dari kepulan bintang yang menyeringai
Sisipan boneka dari Jakarta
Hingga pengusaha luar kota
Atau penanam modal luar angkasa
Karena kami tak tahu
Pembeda antara darah dan empedu
Biarkanlah kami merdeka
Seperti orasimu, Proklamasi kedua...
Batuputih Kenek, 10 April 2018
Izinkan Aku, Berbicara Padamu(1)
Mimpi dalam khayalku,
Menguburkan layu detik rindu
Tiga nyawa dari lompatan kaki kedua
Berbingkai dalam teratai keluarga
Ketika tanya, anak kita kemana?
Engkau hanya diam melukis air mata
“Dipematang ini anakku!”
Baju-baju dengan model baru
Mainan cinta yangtersusun dari pinta
Serta peluk gurau canda
Adalah bukti dari darah yang membara
Mimpi dalam khayalku,
keberadaanmu yang mengembara
Dari riuh zikir malaikat-malaikat
Yang menemanimu tiap saat
Kabarkanlah aroma surga!
Letak khayalku yang membahana
Perlahan, engkau petik purnama
Catatan gelombang pertanggal telaga
Siasati loncatan tangga
Meski peluh bermandi bianglala
Hotel Aria Centra Surabaya, 06 April 2018
*) Mengenang puteri pertamaku, Almarhumah SITI FATIMAH AZZAHRA
Menguburkan layu detik rindu
Tiga nyawa dari lompatan kaki kedua
Berbingkai dalam teratai keluarga
Ketika tanya, anak kita kemana?
Engkau hanya diam melukis air mata
“Dipematang ini anakku!”
Baju-baju dengan model baru
Mainan cinta yangtersusun dari pinta
Serta peluk gurau canda
Adalah bukti dari darah yang membara
Mimpi dalam khayalku,
keberadaanmu yang mengembara
Dari riuh zikir malaikat-malaikat
Yang menemanimu tiap saat
Kabarkanlah aroma surga!
Letak khayalku yang membahana
Perlahan, engkau petik purnama
Catatan gelombang pertanggal telaga
Siasati loncatan tangga
Meski peluh bermandi bianglala
Hotel Aria Centra Surabaya, 06 April 2018
*) Mengenang puteri pertamaku, Almarhumah SITI FATIMAH AZZAHRA
Izinkan Aku, Berbicara Padamu (2)
Lambaikanlah tanganmu
Agar kepergian ini semakin terang
Mendamaikan
Paling kebelakang,
Hanya menjembatani jalan
Memori berpuluh tahun yang terekam
Senyum menjuntai antara semak dan belukar
Mengais tangis, medan yang terkapar
Antara guraumu dan serat didaun lontar
Sesaat diamku, pasti kan kubawa
Lempengan matahari yang menyala
Hotel Aria Centra, 06 April 2018
*) Mengenang puteri pertamaku, Almarhumah SITI FATIMAH AZZAHRA
Agar kepergian ini semakin terang
Mendamaikan
Paling kebelakang,
Hanya menjembatani jalan
Memori berpuluh tahun yang terekam
Senyum menjuntai antara semak dan belukar
Mengais tangis, medan yang terkapar
Antara guraumu dan serat didaun lontar
Sesaat diamku, pasti kan kubawa
Lempengan matahari yang menyala
Hotel Aria Centra, 06 April 2018
*) Mengenang puteri pertamaku, Almarhumah SITI FATIMAH AZZAHRA
Madzhab Cinta
Madzhab cinta
Yang kau robek dari sembilan aksara
Penuhi nadiku yang mengalir darah
Merah
Jelmakan ayat-ayat,
Dari tumpukan kitab-kitab
Misykat cahaya, beraroma pekat
Kuiris tipis antara sisa merdeka
Zikir tertuang,
Melanglang zuhud gelombang
Dalam tunduk,
Tanduk yang terasah
Basah terpental dari ujung pasrah
Sekali agi, aku ingin selami
Matahari yang mengukir awan pekat
Kerutan langit dari goresan cinta para malaikat
Batuputih Kenek, 9 April 2018
Yang kau robek dari sembilan aksara
Penuhi nadiku yang mengalir darah
Merah
Jelmakan ayat-ayat,
Dari tumpukan kitab-kitab
Misykat cahaya, beraroma pekat
Kuiris tipis antara sisa merdeka
Zikir tertuang,
Melanglang zuhud gelombang
Dalam tunduk,
Tanduk yang terasah
Basah terpental dari ujung pasrah
Sekali agi, aku ingin selami
Matahari yang mengukir awan pekat
Kerutan langit dari goresan cinta para malaikat
Batuputih Kenek, 9 April 2018
Dinding Perih
Bening suaramu terpantul
Dari gemuruh suara yang mengepul
Ada iba yang bergelayut kusut
Rengek pinta bersahut-sahut
Sekedar mengganjal perut
Selendangi akar tercerabut
Lekukan kemeja berdasi, berjejer rapi
Laburi perih dan sedih
Bis tua, antara Madura-Surabaya
Ladang sudah penuh orang
Perkantoran penuh muatan barang
Maknai matahari terang
Tanpa ruang, bagi uratmu yang kerontang
Meski bukanlah jalan untuk pulang
Tapi hanya alunan keterpaksaan
Bening suaramu yang terpantul
Tanpa pinta dan paksa
Torehkan lembaran hidup berupa-rupa
Rindui recehan dan lembaran angka
Madura-Surabaya, 05 April 2018
***
AKHMAD ASY’ARI. Lahir di Sumenep, 28 Desember 1979 beralamat di Jl. Toghur Billah, MI. Darul Ulum Dusun Pondok Laok Desa Batuputih Kenek Kec. Batuputih Kab. Sumenep, merupakan Alumni PP. Annuqayah Daerah Lubangsa, Guluk-Guluk Sumenep Madura. HP/WA : 08175249599 E-Mail : mtsdarululum17@yahoo.co.id Instagram : akhmad_asy’ari FB : Akhmad Asy’ari. Disela-sela kegiatan sehari-harinya mengajar di kelas IV MI Darul Ulum, masih disempatkan menulis Puisi, Essai dan Cerpen. Karyanya pernah beberapa kali dimuat di Majalah Sastera Horison (Kaki Langit), Majalah Mimbar Pembangunan Agama, Kuntum, Santri, INFO Sumenep, Majalah NUKTAH dan lainnya. Pernah memenangkan Sayembara Literasi Menulis Cerita Rakyat yang dilaksanakan oleh Rumah Literasi Sumenep Tahun 2017. Prinsipnya hidupnya ”Yang penting bermanfaat bagi orang lain dan HALAL cara mengusahakannya”.
Pilihan
Dari gemuruh suara yang mengepul
Ada iba yang bergelayut kusut
Rengek pinta bersahut-sahut
Sekedar mengganjal perut
Selendangi akar tercerabut
Lekukan kemeja berdasi, berjejer rapi
Laburi perih dan sedih
Bis tua, antara Madura-Surabaya
Ladang sudah penuh orang
Perkantoran penuh muatan barang
Maknai matahari terang
Tanpa ruang, bagi uratmu yang kerontang
Meski bukanlah jalan untuk pulang
Tapi hanya alunan keterpaksaan
Bening suaramu yang terpantul
Tanpa pinta dan paksa
Torehkan lembaran hidup berupa-rupa
Rindui recehan dan lembaran angka
Madura-Surabaya, 05 April 2018
***