Puisi M. Wildan, PPA Lubangsa Utara

 

M. Wildan
merupakan mantan Ketua Perpustakaan PPA. Lubangsa Utara periode 2024-2025, sedang berkelana mencari jati dirinya di Laskar Pena Lubtara, aktif sebagai aktivis di MSA (Masyarakat Seni Annuqayah) dan berkutat dengan dunia pers di Jurnal Pentas MA 1 Annuqayah, tercatat sebagai santri aktif PPA Lubangsa Utara. Merupakan guru tugas angkatan 25-26 bertempat di Lar Laok, Bunten Barat, Ketapang, Sampang, Pondok Pesantren Darul Ulum Az_Zainy, juga tercatat sebagai keluarga besar PESPA (Persatuan Santri Pakong Annuqayah), puisinya juga telah diterbitkan dipelbagai media online dan telah dibukukan dalam antologi bersama, dan aktif menulis di blog pribadinya https://Sibocahpetaniputramadura.blogspot.com 




Rindu Kami Padamu Tanah Utara
     : PPA. Lubangsa Utara

Tanah ini bukan sekadar bumi yang kupijak
ia adalah rahim kedua
tempat aku dilahirkan ulang
dengan jiwa yang belum utuh
dan hati yang masih belajar mencinta dengan ikhlas.

Lubtara,
di pelataranmu aku tumbuh
dari bocah pencari arah
menjadi santri yang tahu
bahwa hidup bukan sekadar ingin pulang
tetapi siap berjalan lebih jauh.

Setiap malam adalah madrasah
setiap subuh adalah pelajaran baru
dan setiap nasehat dari lisan guru
adalah petunjuk langit
yang menuntunku
saat dunia terasa seperti hutan tak bertanda.

Kami anak-anakmu yang keras kepala
pernah menangis diam-diam
di balik tembok musholla
pernah ingin pulang
tapi memilih bertahan
karena hatimu terlalu luas untuk ditinggalkan.

Engkau membentuk kami
dengan cinta yang kadang tak kami mengerti
dengan aturan yang kadang kami keluhkan,
namun kini kami tahu
semua itu adalah jalan sunyi menuju dewasa.

Rindu ini,
bukan rindu biasa
Ia adalah kenangan yang tidak cukup ditulis dalam kalimat
ia adalah bau tikar musholla
suara kitab yang dibaca khusyuk
dan langkah-langkah sepatu yang pernah hilang
tapi tak pernah kami lupa.

Semoga suatu hari
kami kembali sebagai manusia yang utuh
yang membawa berkah dari apa yang kami dapat darimu
dan berkata:
"Terima kasih Tanah Lubtara, aku telah jadi seperti ini karena kasihmu."

Sampang, 2025




Gusjigang
     :Museum Jenang Kudus 

Di Glantengan sunyi kulangkahkan kaki
Jejak jenang tersimpan rapi di memori
Bukan sekadar manis yang tersaji
Tapi warisan kota yang lestari.

Dalam tiap adonan ada cerita
Tentang kerja, cinta, dan budaya
Kudus bersaksi lewat rasa
Mengikat waktu dalam cita rasa.

Museum ini bukan hanya tempat biasa
Ia penjaga ruh dan sejarah bangsa
Di balik jenang yang sederhana
Tersimpan jati diri kota Kudus tercinta.

Kudus, 08.31, 19 Juli 2025



Ziarah 1
    ; K. Kholil Bangkalan 

Ya Syaikhona...
Kutapakkan kaki menuju tempat peristirahatan terakhirmu
Kutatap nisanmu yang suci
Hingga akhirnya berbagai kisah muncul seperti dongeng tentangmu
Dan tanpa sadar 
Air mata mengenang
Sebuah kejadian mengislamkan banyak orang.

Ya Syaikhona...
Wali kutub tanah Madura
Dikenal luas seantero nusa tenggara 
Bahkan sampai saat ini 
Jiwanya masih tulus memberi nasehat 
Tapi raganya sudah tenang
Lantaran petuahnya 
Diamalkan bukan hanya omong kosong.
                 
Bangkalan, 2025




Ziarah 2
     : Raden Rahmat (Sunan Ampel)

Maghrib baru saja menyingsingkan lengannya
Bunga mawar menyemerbak 
Menyisakan segumpal pasti berujung semu.

Ditempat inilah 
Kuhaturkan sebait puisi lewat qosidah cinta
Dihadapan yang mulia 
Hadratus Syaikh Raden Rahmat 
Seraya mengamini harap yang belum terucap
Dan kata yang tak sempat memicing takdir.

Ya Syaikh...
Terimalah doa kami 
Meski dosa besar menghantam ditanah asal
Dan permohonan yang kami ajukan 
Disetiap sujud malam
Masih ada banyak pertimbangan.

Malam ini 
Ditempat peristirahatan terakhirmu
Aku hadiahkan air mata 
Sebagai sujudku yang murni 
Memohon keberkahan.

Surabaya, Sunan Ampel, 2025




Ziarah 3
     : Ainul Yaqin (Sunan Giri)

Ya habibi 
Pemegang dinasti ditanah abadi
Pewaris dakwah pada garis keabadian
Pengislam banyak orang ditanah Gresik
Penyambung lidah dengan lisan para nabi.

Kewibawaanmu tetap kami kenang
Di pusaramu ini menjadi saksi
Tentang ketelatenan memulai arah
Dan roh pancasona yang terus mengalir 
Didalam darah penduduk sekitar.

Aku tengadahkan tangan ini
Mengharap ridha dan ketenangan batin
Semoga ini menjadi perantara 
Tentang keadilan yang belum terucap 
Namun penuh harap.

Sunan Giri, 2025





Pilihan

Tulisan terkait

Utama 2202470763379372528

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close