Dibalik Hasutan dan Fitnah: Cara Bijak Menghadapi Orang yang Menjatuhkanmu


“Dialah yang menjelek-jelekkan namamu di mata semua orang dengan tujuan merendahkan dan merendahkanmu. Padahal sebenarnya dia lebih rendah darimu. Dia ingin menjadi sepertimu, tapi tak bisa. Itulah sebabnya dia menghasut orang lain untuk membencimu. Karena dia sadar bahwa dia tak mampu membuatmu jatuh sendirian. Pahamilah dirimu” (sumber medsos)

Dalam kehidupan sosial, komunikasi adalah jembatan utama yang menghubungkan manusia dengan manusia. Melalui komunikasi, kita membangun kepercayaan, mengutarakan pendapat, menyampaikan perasaan, dan memahami maksud orang lain. Namun, ketika komunikasi disalahartikan, diselewengkan, atau dipenuhi dengan niat buruk, maka jembatan itu berubah menjadi jurang yang memisahkan. Jurang kesalahpahaman, kebencian, dan rusaknya hubungan antarmanusia.

Salah satu bentuk nyata dari kesalahan berkomunikasi yang paling sering terjadi adalah ketika seseorang menjelek-jelekkan orang lain di hadapan publik — bukan untuk menyampaikan kebenaran, tetapi untuk merendahkan dan menjatuhkan. Padahal, di balik semua itu, sering kali tersembunyi akar perasaan yang lebih dalam: rasa iri, ketidakmampuan, dan rendah diri.

Komunikasi yang Menyimpang: Dari Informasi Menjadi Manipulasi

Komunikasi yang sehat seharusnya bersifat membangun, bukan meruntuhkan. Namun ketika seseorang menggunakan kata-kata untuk menjelekkan orang lain, komunikasi berubah fungsi. Ia bukan lagi sarana untuk berbagi pemahaman, melainkan alat untuk menciptakan persepsi negatif di benak orang lain.

Orang seperti ini akan berusaha memelintir cerita, membumbui fakta, dan mempermainkan emosi pendengarnya agar muncul rasa benci terhadap orang yang ia jadikan target. Ia akan bersembunyi di balik dalih “katanya” atau “aku cuma menyampaikan”, padahal yang ia lakukan adalah menghasut, bukan menyampaikan kebenaran.

Akibatnya, lingkungan sosial menjadi keruh. Orang-orang mulai saling curiga, menilai tanpa tahu duduk perkaranya, dan lambat laun, reputasi seseorang bisa rusak hanya karena komunikasi yang salah arah.

Akar dari Perilaku: Iri dan Ketidakmampuan

Mengapa seseorang tega menjelekkan orang lain? Mengapa dia rela menggunakan kata-kata untuk melukai, bahkan memfitnah?

Jawabannya sering kali sederhana: karena dia ingin menjadi seperti orang yang dia benci, tetapi tak mampu.

Iri hati adalah api yang membakar tanpa suara. Orang yang iri tidak bahagia melihat keberhasilan, kelebihan, atau penerimaan orang lain di mata masyarakat. Ia ingin di posisi itu, tapi kenyataan tidak berpihak padanya. Maka yang tersisa hanyalah cara paling mudah: merendahkan orang lain agar dirinya tampak lebih tinggi.

Namun sayangnya, upaya ini justru menelanjangi kelemahannya sendiri. Kata-kata yang ia ucapkan, nada sinis yang ia lontarkan, dan gosip yang ia sebarkan — semuanya menunjukkan bahwa sebenarnya ia lebih rendah dari orang yang ia hina.

Karena orang yang kuat tidak butuh menjatuhkan untuk terlihat tinggi.
Orang yang bijak tidak perlu menodai nama orang lain untuk menjaga wibawanya.

Dampak Sosial dari Salah Komunikasi

Salah berkomunikasi bukan hanya persoalan pribadi; ia bisa menjalar menjadi penyakit sosial. Dalam komunitas, keluarga, atau lingkungan kerja, komunikasi negatif seperti fitnah dan hasutan dapat memecah belah. Orang-orang mulai membentuk kelompok: siapa yang percaya dan siapa yang menolak. Akibatnya, suasana kebersamaan memudar, digantikan oleh saling curiga dan permusuhan halus.

Bahkan, korban dari komunikasi buruk ini bisa mengalami tekanan psikologis. Ia bisa merasa dikucilkan, kehilangan kepercayaan diri, atau bahkan trauma untuk bersosialisasi.
Padahal sering kali, semua itu berawal dari satu hal sederhana — kesalahan memahami atau menyampaikan informasi.

Edukasi Komunikasi: Belajar Memahami Sebelum Menilai

Untuk menghindari kerusakan hubungan akibat salah berkomunikasi, setiap orang perlu mengasah kecerdasan komunikasi. Ini bukan hanya tentang kemampuan berbicara, tapi juga tentang kemampuan memahami, menahan diri, dan menjaga etika dalam menyampaikan pesan.

Beberapa hal penting yang perlu disadari:

  • Pahami maksud sebelum bereaksi.
    Jangan mudah percaya dengan cerita satu pihak. Periksa, dengarkan, dan cari tahu konteksnya.
  • Gunakan empati.
    Bayangkan bagaimana perasaan orang lain jika ia mendengar kata-kata yang kamu ucapkan. Kata-kata bisa sembuh, tapi sering kali, bekasnya tidak pernah hilang.
  • Jangan jadikan komunikasi sebagai senjata.
    Komunikasi seharusnya menyembuhkan, bukan melukai. Gunakan kata-kata untuk memperbaiki, bukan untuk membakar jembatan hubungan.
  • Pelihara integritas.
    Orang yang memiliki harga diri tidak perlu menjelekkan orang lain untuk merasa berharga. Ia tahu bahwa kebaikan dan kerja kerasnya akan berbicara tanpa perlu menodai nama siapa pun.

Pahami Dirimu, Jaga Hatimu

Pesan terpenting dalam menghadapi orang yang berusaha menjatuhkanmu adalah: pahami dirimu.
Ketika seseorang menjelekkanmu, sesungguhnya ia sedang memproyeksikan kekurangannya sendiri. Ia tidak menyerang karena kamu lemah, tetapi karena ia takut pada kekuatanmu. Ia tidak menebar kebencian karena kamu buruk, melainkan karena ia tidak mampu mencintai dirinya sendiri.

Maka, jangan balas dengan kebencian yang sama. Biarkan sikap, prestasi, dan ketenanganmu menjadi jawaban paling elegan. Orang yang berusaha merendahkanmu akan semakin kecil di hadapan kesabaranmu.

Dan lambat laun, kebenaran akan menemukan jalannya sendiri — karena dalam dunia komunikasi, kejujuran selalu memiliki gema yang lebih kuat daripada kebohongan.

Bangun Komunikasi yang Menyembuhkan

Komunikasi yang baik bukan hanya tentang apa yang diucapkan, tetapi bagaimana niat di balik ucapan itu. Jika niatnya untuk kebaikan, maka kata-kata akan menjadi cahaya yang menerangi. Tetapi jika niatnya untuk menjatuhkan, maka kata-kata akan menjadi racun yang mematikan hubungan.

Maka marilah belajar berbicara dengan hati, bukan dengan ego. Belajar mendengar untuk memahami, bukan untuk membalas.

Dan yang paling penting — belajar menjaga nama baik orang lain, karena dalam setiap kata yang kita ucapkan, tersimpan tanggung jawab moral terhadap harmoni sosial yang kita bangun bersama.

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 2445951588476279268

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi


 

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA
Info selengkapnya, klik gambar

Relaksasi


 


 

Jadwal Sholat

item
close