Penghijauan Alpukat di SMAN 1 Omben: Kerja Kolektif Menanam Kesadaran Hidup Bersama

Penanaman pohon alpukat di lahan terbuka oleh siswa SMAN 1 Omben

Di pagi yang masih basah oleh embun, halaman SMAN 1 Omben tampak lebih ramai dari biasanya. Siswa dan guru berkumpul sambil membawa cangkul, ember air, dan bibit tanaman yang ditata rapi dalam polybag. Hari itu, mereka tidak hanya datang untuk belajar di kelas—mereka datang untuk belajar dari tanah.

Selama lima bulan terakhir, sekolah ini telah merawat lebih dari 2.000 bibit alpukat. Bibit setinggi 20 sentimeter itu kini siap dipindahkan ke lahan terbuka. Sebagian ditanam sebagai pembatas lahan, sebagian lainnya mengisi area kosong di sisi barat sekolah. Walaupun terlihat sederhana, upaya ini menciptakan harapan baru: bibit alpukat ini kelak bisa menjadi sumber pemenuhan bibit bagi masyarakat sekitar, mengingat masih minimnya penyedia bibit alpukat di Madura. Selama ini, petani harus memesannya dari luar pulau melalui aplikasi belanja daring.

“Kalau bisa menyediakan sendiri, kenapa harus beli jauh-jauh?” ujar salah satu guru sambil tersenyum bangga melihat siswa yang sibuk menggemburkan tanah.

Lebih dari Sekadar Menanam

Bagi SMAN 1 Omben, kegiatan ini bukan proyek sesaat. Ia merupakan bagian dari program besar: Sekolah Inovatif Ketahanan Pangan dan implementasi dari Sekolah Alam. Artinya, penanaman alpukat hanyalah langkah awal menuju pembelajaran yang lebih praksis.

Setelah alpukat, lahan-lahan sekolah akan diisi sayuran, tanaman obat keluarga, dan umbi-umbian. Siswa tidak hanya mengenal konsep ketahanan pangan dalam teori, tetapi juga melalui pengalaman nyata: menanam, merawat, hingga mengolah hasil panen.

Sebagian tanaman bahkan dibawa siswa dari rumah—di antaranya kelor dan singkong—yang menciptakan koneksi emosional antara mereka dan tanaman yang mereka rawat.

“Menanam itu bukan hanya menaruh bibit ke tanah,” kata seorang siswa kelas XI. “Tapi belajar sabar, belajar tanggung jawab, belajar bekerja bersama.”

 

Hasil pembibitan siap untuk ditanam

Membangun Ekosistem, Bukan Sekadar Kebun

Penghijauan ini juga menjadi pintu masuk untuk membangun kesadaran lingkungan. Dengan meningkatnya jumlah sampah—khususnya sampah plastik di lingkungan sekolah—SMAN 1 Omben mulai merintis pengolahan kompos dari bahan organik, sekaligus mengurangi volume sampah harian.

Upaya ini tidak hanya menjawab persoalan lingkungan, tetapi juga memperkuat ekosistem pertanian kecil yang sedang dibangun sekolah. Tanah yang subur, kompos yang cukup, tanaman yang beragam—semuanya saling terhubung, membentuk sebuah miniatur kehidupan berkelanjutan.

Distribusi Tugas, Distribusi Nilai

Setiap kelompok siswa mendapat giliran untuk menyiram, merawat, hingga memanen. Di sinilah nilai-nilai karakter tumbuh: kerja sama, saling membantu, disiplin, dan rasa memiliki. Sekolah sengaja merancang pembagian tugas ini agar setiap siswa belajar memahami arti tanggung jawab dalam konteks nyata, bukan hanya di atas kertas.

Mereka belajar bahwa bumi membutuhkan sentuhan manusia; dan manusia membutuhkan bumi untuk hidup.

Menanam Kesadaran di Era Serba Instan

Tidak dapat dipungkiri, minat bertani di kalangan anak muda semakin menurun. Kehidupan instan telah menjauhkan mereka dari proses alami. Makanan siap saji mudah didapat, sementara aktivitas bertanam dianggap “kotor” atau memakan waktu.

Padahal, di dalam tanah terdapat bakteri baik yang membantu memperkuat sistem imun. Sinar matahari pagi yang ditakuti karena dianggap merusak kulit justru membawa vitamin yang dibutuhkan tubuh—terutama bagi masyarakat Asia. “Orang Asia justru lebih sehat jika terkena sinar matahari,” kata Hidayat Raharja, pemerhati lingkungan.

Melalui program ini, SMAN 1 Omben ingin mengembalikan ikatan antara manusia dan alam. Mereka ingin menunjukkan bahwa belajar tidak hanya terjadi di kelas, tetapi juga di tanah, di cahaya pagi, dan di kebersamaan.

Harapan yang Ditumbuhkan dari Tanah

Ke depan, sekolah berharap seluruh kegiatan penanaman dan perawatan tanaman dapat terintegrasi dalam pembelajaran berbagai mata pelajaran. Tentunya tidak mudah, tetapi dengan perencanaan yang progresif, evaluasi berkala, dan tindak lanjut yang berkelanjutan, SMAN 1 Omben yakin bisa menjadi model sekolah inovatif berbasis ketahanan pangan.

Lebih dari itu, sekolah ingin menjadi contoh kecil yang menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah sederhana: satu bibit ditanam, satu kesadaran tumbuh.

Di tangan para siswa inilah, masa depan ketahanan pangan dan kepedulian lingkungan sedang disemai perlahan—dan seperti halnya bibit alpukat itu, ia akan tumbuh, mengakar, dan memberi manfaat bagi banyak orang.

(Penulis Hudayat Raharja,  editor: Rulis)

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 107714020507493529

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi


 

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Banner untuk Anda

Banner untuk Anda
Anda punya rencana kegiatan yang mau dipublikasikan dalam bentuk banner? Kegiatan apapun, silakan kirim lewat email penulisrulis@gmail.com, dan akan kami terbitkan di halaman ini. Gratis

Workshop Baca Puisi Bagi Guru

Workshop Baca Puisi Bagi Guru
Selengkapnya klik gambar

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Relaksasi


 


 

Jadwal Sholat

item
close