Kepercayaan Diri Meningkatkan Kreativitas Menulis
https://www.rumahliterasi.org/2019/05/kepercayaan-diri-meningkatkan.html
Menulis ibarat pisau yang harus terus diasah
agar semakin tajam.
Pelatihan menulis bagi sastri Ponpes Al-Amien Prenduan Sumenep |
Mengapa
banyak orang tidak sanggup untuk menulis? Jawabnya mudah saja. Karena
keterampilan ini hanya bisa muncul kalau kita banyak membaca buku dan menjadi
pendengar yang baik. Menulis dan membaca adalah satu kesatuan utuh. ”Itu sudah
hukumnya”, kata Mas Hernowo penulis buku best seller "Mengubah
Sekolah". Artinya, membaca dan menulis merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat terpisahkan,. saling memberi dan menerima (take and
give).
Pepatah mengatakan menulis itu ibarat pisau yang tajam. Bila tidak terus diasah, akan mengakibatkan pisau menjadi tumpul dan berkarat. Sama halnya dengan menulis. Bila seseorang sudah terbiasa menulis, maka tulisannya akan tajam menganalis kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya. Namun, bila seseorang tidak terbiasa menulis maka tulisannya kurang bermakna. Tumpul dan tak mengena di hati para pembacanya.
Menulis
adalah sebuah kreativitas yang harus dikuasai. Walaupun untuk mencapai itu
harus melalui proses yang cukup panjang. Tidak sekali jadi. Semua berproses,
melalui latihan dan latihan sambil langsung praktek sehingga tulisan yang
dibuat menjadi bermakna bagi yang membacanya.
Namun sangat
disayangkan, menulis kurang tergarap dengan baik pada pelajaran bahasa
Indonesia di beberapa sekolah. Kenyataan di lapangan masih banyak peserta didik
yang tidak bisa menulis, baik dari tingkat SD sampai SMA. Mereka serasa tak
memiliki kreativitas untuk menulis. Padahal, menulis adalah kreativitas yang
dapat dimunculkan.Conny Semiawan pakar kreativitas dari UNJ mengatakan,
diperlukan sebuah kreativitas untuk menulis yang enak dibaca dan bermanfaat.
Kreativitas muncul, bila terus didorong melalui berbagai latihan, termasuk
latihan menulis.
Sayangnya,
budaya menulis belum menjadi primadona di sekolah kita. Masih banyak peserta
didik kita yang tak mampu untuk menulis. Bahkan menuliskan ide atau gagasannya
sendiri. Perlu dicari solusi memecahkan masalah ini. Anak didik di sekolah kita
harus pandai menulis. Para guru ditantang untuk menemukan metode baru dalam
mengembangkan kreativitas menulis.
Kunci untuk
dapat menulis adalah memiliki perasaan senang, dan banyak membaca buku serta
menjadi pendengar yang baik. Anak harus diarahkan dulu agar senang membaca
buku. Bila perasaan senang sudah muncul, maka akan muncullah potensi
kreativitas siswa. Demikian juga bila guru ingin anak didiknya pandai menulis,
maka guru itu harus memulainya dari dirinya dulu. Guru akan merasakan bagaimana
sulitnya memulai menulis. Bila menulis sudah sering dilakukan oleh para guru
itu sendiri, maka guru akan merasakan nikmatnya menulis.
Mengapa?
Karena dengan makin sering menulis, guru akan dapat membuat sendiri bahan atau
materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak didiknya. Guru akan
menguasai materi pelajarannya jika menulis. Bila tulisannya bagus, bermakna,
dan sudah banyak, maka akan dapat menjadi sebuah buku pelajaran yang layak
untuk dicetak dan dibaca oleh para peserta didiknya. Itulah contoh konkrit sebuah kreativitas
menulis.
Karena itu
budayakan kebiasaan menulis di sekolah kita dari sekarang. Ajaklah anak didik
kita untuk juga ikut menulis. Bila budaya menulis sudah tumbuh diantara guru
dan anak didiknya, maka akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di
sekolah. Kreativitas akan muncul dari proses menulis itu. Akan terlihat mana guru
yang kreatif, dan mana yang tidak dari proses menulis itu. Segeralah menulis
buku!
Begitupun
dengan peserta didik kita. Akan ketahuan mana anak yang terbiasa menulis, dan
mana yang tidak terbiasa menulis. Anak harus didorong untuk dapat memunculkan
kreativitas menulis. Potensi menulis mereka akan muncul bila sudah terbiasa
menulis. Menulislah dari hal-hal yang ringan terlebih dahulu, misalnya menulis
dalam buku harian atau diary.
Menulis dapat
membangun kreativitas anak. Menulis dapat mendidik anak kita menciptakan
sesuatu. Menciptakan buah pemikiran yang ada dalam otak peserta didik yang
memunculkan ide-ide cemerlang. Menelurkan ide atau gagasan ke dalam bentuk
tulisan bukanlah pekerjaan mudah. Dibutuhkan sebuah pembelajaran kreatif agar
proses kreatif menulis itu muncul. Guru dan orang tua harus mampu mendorong
anak-anaknya agar mampu mengembangkan kecakapan kreatif melalui menulis.
Guru di
sekolah harus dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif, agar menulis menjadi
pelajaran yang disukai oleh anak. Senang dan gembira harus dimunculkan dalam
proses pembelajaran yang kreatif. Selain itu kemampuan mendengarkan yang masih
lemah perlu diperhatikan juga oleh guru. Guru harus pandai menarik perhatian
siswa.
Pembelajaran
yang kreatif adalah pembelajaran yang mampu mendorong kreativitas dan
memunculkan potensi siswa. Perlu terobosan baru dari guru-guru di sekolah untuk
memunculkan kreativitas menulis. Untuk itu, para guru ditantang untuk mampu
menciptakan proses pembelajaran yang bisa mengelaborasi antara materi pelajaran
teori dan praktik secara menarik.
Misalnya
dalam pembelajaran internet, siswa diarahkan untuk dapat menulis di blog atau
website pribadinya masing-masing. Bisa juga dimunculkan tulisan siswa dalam
majalah sekolah atau majalah dinding.
Kesempatan
mengembangkan pembelajaran yang lebih kreatif itu sebenarnya cukup terbuka,
apalagi dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
memberikan otonomi pendidikan pada sekolah masing-masing. Karena itu sekolah
dan guru harus mampu memanfaatkan potensi mereka untuk menemukan cara mengajar
yang demokratis dan mampu menggali potensi diri setiap peserta
didik.
Sekarang ini
belajar di kelas tidak bisa lagi satu arah. Justru guru yang harus berkreasi
bagaimana materi pelajaran yang disampaikannya bisa dipahami secara baik oleh
siswa.
Oleh karena
itu mari memulainya dengan cara belajar menulis. Menulis adalah sebuah
kreativitas yang dapat dimunculkan oleh guru dalam mentransfer ilmunya. Semoga
dari kebiasaan menulis, dapat memunculkan kreativitas dan potensi siswa (Syaf
Anton Wr)