90 Tahun Penyair Taufik Ismail
Penyair Taufiq Ismail, 25 Juni 2025, genap berusia 90 Tahun. Lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, 25 Juni 1935, di tengah keluarga yg dekat dengan pendidikan dan jurnalistik.
Ulang tahun kali ini dirayakan secara spesial bertempat di plaza Insan Berprestasi Gedung A Kemendikdasmen. Dihadiri beberapa menteri dan mantan menteri, politisi, akademisi, budayawan, hingga para sastrawan. Dikaitkan dengan Peringatan Satra Indonesia ke-12 dan Peluncuran Buku.
Penyair “Tirani dan Benteng” ini, hingga sekarang telah menghasilkan 1000-an puisi. Sebagian di antara puisinya, turut mengiringi pertumbuhan para siswa, mahasiswa, hingga beberapa generasi bangsa, sejak era Orde Baru, reformasi, pasca reformasi, hingga sekarang.
Puisi-puisinya banyak dibacakan dari panggung ke panggung, juga di berbagai acara di televisi, dinyanyikan oleh Bimbo, sehingga melintasi batas ruang dan waktu, dan bangsa.
Ketika puisi-puisinya diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa asing (Inggris, Belanda, Arab, Turki hingga Rusia), dan bahasa daerah (Jawa, Sunda, hingga Maumere), maka pesan-pesan perasaan, pikiran serta sikap hidup dan ketuhannya bisa dibaca, didengar dan dihayati umat manusia berbangai bangsa.
Maka tidak heran jika Perdana Menteri Malaysia Datuk Anwar Ibrahim, Menteri Agama Nazarudin Umar, Mendikdasmen Abdul Mu’ti, mantan Mendikbud Anies Baswedan pun memahami puisi-puisi Taufiq.
Apalagi Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang sejak kecil dekat dengan Taufiq Ismail dan keluarganya, hapal benar puisi-puisi, pemikiran, sikap, hingga perjuangan Taufiq Ismail bersama istrinya Atie Ismail dalam kiprahnya turut memajukan sastra Indonesia lewat Majalah Horison, program-program sastra masuk sekolah, hingga perayaan Hari Sastra Indonesia setiap 3 Juli, sejak 2013-sekarang.
Juga melalui Rumah Pusi Taufiq Ismail &Museum Sastra Indonesia di Air Angkek,Sumatra Barat; tak jauh dari Rumah Budaya Fadli Zon.
Selamat ulang tahun ke-90 Mas Taufiq Ismail. Selamat juga atas terbitnya 6 buku (kitab)-nya. Semoga sehat selalu, dan terus melahirkan puisi-puisi yang menginspirasi bangsa bahkan dunia.
Catatan FB Yusuf Susilo Hartono