Suto dan Istana


Cerpen: Nurut Taufik

Suto terlihat senang. Saat ini dia akan menghadap raja. Sesuatu yang dia impikan sejak dahulu. Meskipun usianya sudah kepala lima, tidak menyurutkan semangatnya untuk bertemu dengan raja.

Bukan tidak ada sebab Suto menghadap raja. Dia mewakili teman-temannya untuk menyuarakan keinginan mereka dalam sebuah unjuk rasa. Pasalnya, raja telah membuat sebuah kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat. Rakyat berfikir bahwa kebijakan yang dibuat raja akan semakin menyengsarakan rakyat. Jangankan manusia, iblispun tahu kalau bijakan itu benar-benar tidak berpihak kepada rakyat.

Dengan sikap yang dipaksakan, dia berupaya berjalan dengan tegap dikawal oleh dua orang pengawal raja. Begitu memasuki gerbang istana, Suto melihat dua buah genta tergantung di langit-langit  gerbang istana. Dua buah genta itu akan dibunyikan ketika ada sesuatu yang genting. Itu sudah biasa terjadi dan merupakan bagian daritradisi di iatana itu.

Memasuki pendopo istana, Suto sudah ditunggu oleh beberapa pembantu raja. Wajah mereka tampak tidak bersahabat. Mulai ada perasaan getir di hati Suto. Tetapi dia mencoba untuk tetap tenang.

Suto duduk di kursi yang sudah disediakan. Suasana senyap sejenak. Kemudian terjadilah diskusi antara Suto dan para pembantu raja. Tidak imbang memang. Dalam diskusi itu Suto tampak dalam posisi terpojok. Semakin lama Suto semakin tidak berdaya. Tampaknya raja berkeinginan untuk tidak mengubah kebijakan yang dia buat.

Sementara di luar istana, para pengunjuk rasa tampak tidak sabar. Maklum, Suto terlalu lama bernegosiasi di dalam istana. Mereka semakin tidak terkendali. Mulai dari berteriak-teriak sampai mendorong-dorong pintu istana. Para penjaga istana yang ada di garda depan mulai khawatir dengan keadaan tersebut.

Dalam keadaan tidak terkendali tersebut, Suto keluar dari dalam istana. Dia membawa dua kekecewaan.

Pertama, dia kecewa karena dia tidak bisa berhadapan langsung dengan raja. Raja hanya diwakili oleh pembantu-pembantunya yang memang sudah dibekali dengan keengganan untuk membatalkan kebijakan sang raja.

Kedua, dia kecewa karena perjuangannya untuk membela teman-temannya gagal. Dia merasa menjadi orang yang tidak berguna.

Melihat Suto keluar dari istana, teman-temannya bersegera menghampirinya. Mereka mempertanyakan hasil pertemuannya dengan raja. Dengan ekspresi tanpa semangat, Suto hanya menjawab dengan dua kata, aku gagal. Kemudian dia berlalu dari para pengunjuk rasa.

Mendengar jawaban itu, para pengunjuk rasa semakin beringas. Mereka berusaha masuk ke dalam istana, merusak apa saja yang mereka jumpai di sekitar istana. Para penjaga istana berusaha untuk menghentikan aksi brutal mereka.

Tiba-tiba salah satu genta di gerbang istana berbunyi. Itu pertanda tidak baik. Biasanya akan ada pengganggu istana yang akan ditangkap. Para pengunjuk rasa berhamburan keluar dari istana. Mereka khawatir akan ditangkap dan menjadi pesakitan.

Mendengan suara genta, Suto yang berjalan menjauhi istana, menoleh. Ada perasaan kurang nyaman menggelayut di hatinya. Benar saja. Dia didekaati oleh dua orang penjaga istana, ditangkap dan digiring memasuki istana kembali. Suto bingung. Dia ikut saja apa yang dilakukan dua penjaga istana tersebut, bagai kerbau dicucuk hidungnya.

Para pengunjuk rasa menjadi bingung. Di hati mereka bertanya-tanya, mengapa Suto digiring kembali masuk istana. Seperti ada yang mengomando, mereka berteriak-teriak meminta penjelasan pihak istanya, mengapa Soko ditangkap.

Diantara suara hingar bingar di luar, seseorang yang mewakili pihak istana keluar dan menemui para pengunjuk rasa. Dia menjelaskan bahwa Suto ditangkap karena menjadi penyebab terjadinya kerusuhan di istana hari ini.

Mendengar penjelasan wakil pemerintah, para pengunjuk rasa larut dengan perasaannya masing-masing. Mereka merasa bersalah kepada Suto. Karena perbuatan merekalah, Suto menjadi sengsara.

Suto sendiri tidak menyangka, kehadirannya hari ini di istana membawa petaka atas dirinya. Padahal, keinginannya sejak dahulu ingin masuk istana agar bisa mewarnai kebijakan istana. Kini dia tidak lagi bisa menyuarakan aspirasi mewakili rakyat.

Hari ini memang hari yang kelam bagi rakyat. Harapan mereka untuk mendapatkan keadilan dari raja, berakhir dengan matinya kebebasan menyampaikan menyampaikan aspirasi. Rakyat dilarang menentang raja jika dia punya keinginan.

Genta berbunyi lagi untuk yang kedua kalinya. Itu pertanda bahwa Suto benar-benar dinyatakan bersalah. Penyambung lidah rakyat itu mulutnya sudah kaku. Otaknya sudah mati. Tetapi itu bukan akhir  dari segalanya. Suto-Soto yang lain akan hadir membawa perubahan baru di negeri itu. Bahkan mungkin dengan suara lebih nyaring yang sulit dibungkam. Otak yang lebih besar yang daya nalarnya tidak bisa dijangkau.      

  

 

 

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 740244635500736046

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close