5 Puisi KH Ahmad Mustofa Bisri


KH Ahmad Mustofa Bisri
, yang lebih dikenal sebagai Gus Mus, adalah seorang ulama, budayawan, penulis, dan pelukis Indonesia. Ia lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada 10 Agustus 1944. Gus Mus dikenal sebagai tokoh terkemuka di Nahdlatul Ulama (NU) dan memimpin Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin di Leteh, Rembang

Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana

Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir

Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai Kau ini bagaimana

Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana

Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana

Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai Aku harus bagaimana

Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya Kau ini bagaimana

Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah Aku harus bagaimana

Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab Kau ini bagaimana

Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku Aku harus bagaimana

Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana

Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis Aku harus bagaimana

Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana

Aku bilang terserah kau, kau tidak mau Aku bilang terserah kita, kau tak suka Aku bilang terserah aku, kau memakiku Kau ini bagaimana

Atau aku harus bagaimana

1987



Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat

Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori? Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau sempat memanfaatkannya? Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja Kapan kau sempat menikmati hidup?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja Kapan kau hidup?

Kalau kau sibuk dengan kursimu saja Kapan kau sempat memikirkan pantatmu? Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja Kapan kau menyadari joroknya?
Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu? Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja Kapan orang lain memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja
Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu? Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja Kapan kau pintar?

Kalau kau sibuk mencela orang lain saja Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya? Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja Kapan kau menyadari celamu sendri?
Kalau kau sibuk bertikai saja
Kapan kau sempat merenungi sebab pertkaian? Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja Kapan kau akan menyadari sia-sianya?

Kalau kau sibuk bermain cinta saja Kapan kau sempat merenungi arti cinta? Kalau kau sibuk merenung arti cinta saja Kapan kau bercinta?

Kalau kau sibuk berkutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan kutbah? Kalau kau sibuk dengan kebijakan kutbah saja Kapan kau akan mengamalkannya?
Kalau kau sibuk berdzikir saja
Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri? Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja Kapan kau kan mengenalnya?
Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan bicaramu? Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja Kapan kau mengerti arti bicara?
Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja Kapan kau sempat berpuisi?
Kalau kau sibuk berpuisi saja Kapan kau akan memuisi?

Kalau kau sibuk dengan kulit saja Kapan kau sempat menyentuh isinya?

Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja Kapan kau sampai intinya?
Kalau kau sibuk dengan intinya saja Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja Kapan kau bersatu denganNya?)

Kalau kau sibuk bertanya saja Kapan kau mendengar jawaban!




Negeri Teka-Teki

Jangan tanya, tebak saja Jangan tanya apa Jangan tanya siapa Jangan tanya mengapa Tebak saja

Jangan tanya apa yang terjadi Apalagi apa yang ada dibalik kejadian Karena disini yang ada memang Hanya kotak-kotak teka-teki silang Dan daftar pertanyaan-pertanyaan Jangan tanya mengapa
Yang disana dimanjakan
Yang disini dihinakan, tebak saja

Jangan tanya siapa
Membunuh buruh dan wartawan
Siapa merenggut nyawa yang dimuliakan Tuhan Jangan tanya mengapa, tebak saja
Jangan tanya mengapa Yang disini selalu dibenarkan
Yang disana selalu disalahkan, tebak saja

Jangan tanya siapa
Membakar hutan dan emosi rakyat Siapa melindungi penjahat keparat Jangan tanya mengapa, tebak saja Jangan tanya mengapa
Setiap kali terjadi kekeliruan Pertanggungjawabannya tak karuan

Tebak saja
Jangan tanya siapa Beternak kambing hitam
Untuk setiap kali dikorbankan, tebak saja Jangan tanya siapa
Membungkam kebenaran

Dan menyembunyikan fakta
Siapa menyuburkan kemunafikan dan dusta Jangan tanya mengapa, tebak saja
Jangan tanya siapa Jangan tanya mengapa Jangan tanya apa-apa Tebak saja

Rembang, Oktober 1997




Sajak Atas Nama

Ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhan Ada yang atas nama negara merampok negara Ada yang atas nama rakyat menindas rakyat
Ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia Ada yang atas nama keadilan meruntuhkan keadilan Ada yang atas nama persatuan merusak persatuan Ada yang atas nama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan

Maka atas nama apa saja atau siapa saja Kirimkanlah laknat kalian
Atau atas nama Ku
Perangilah mereka dengan kasihsayang

Rembang , Agustus 1997




Reformasi Terus Melaju

Api terus melalap kota dan hutan
Bayi-bayi terus dikabarkan dibuang sembarangan Demam berdarah terus meminta korban
Aktivis-aktivis terus dikabarkan hilang
Perusahaan-perusahaan besar terus dibingungkan utang Menteri-menteri terus bernegosiasi dengan para pemilik piutang

Bank-bank terus deg-degan
Petinggi-petinggi negeri terus berusaha meyakinkan Negara-negara donor terus mempertimbangkan bantuan
Ibu-ibu rumah tangga terus mengeluhkan harga bahan-bahan Toko-toko yang pintunya tak pro reformasi
Terus jadi sasaran penjarahan
Korupsi, kolusi dan nepotisme terus menjadi pembicaraan

Pengamat terus mengkritik dan mempertanyakan Pakar-pakar terus berteori
Mahasiswa terus berdemonstrasi ABRI terus berjaga-jaga
Politisi-politisi terus memasang kuda-kuda
Ulama dan umara terus beristighatsah dan berdoa Modal dan moral terus terkikis

Sembako dan kepercayaan terus menipis Harga-harga terus naik
Rupiah yang dicintai terus melemah Orsospol-orsospol terus bengong Wakil-wakil rakyat terus tampak bloon
Padahal pak harto sudah lengser keprabon Reformasi terus melaju

Rembang , 1998


Puisi-puisi ini didapat dari beberapa sumber

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 4253349790021401796

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close