Kebanggaan Berbahasa Madura: Melawan Arus Kepunahan
Bahasa Madura selama beberapa dekade terakhir telah menghadapi berbagai tantangan yang membuatnya berangsur-angsur merosot dalam penggunaannya, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini memicu kekhawatiran, baik di kalangan penutur asli Madura maupun penggiat pelestarian budaya Madura. Dalam narasi ini, kita akan menelusuri berbagai faktor yang mempengaruhi penurunan penggunaan bahasa Madura, serta solusi yang dapat diambil untuk mendorong kelestarian bahasa Madura di tengah arus modernisasi dan globalisasi.
Hilangnya Rasa Nasionalisme Berbahasa Madura
Sebagai bagian dari kebudayaan lokal, bahasa Madura semestinya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Madura. Namun, gejala yang terjadi adalah hilangnya rasa nasionalisme dalam berbahasa Madura. Remaja dan anak-anak cenderung menganggap bahasa ini kuno dan tak relevan dalam dunia yang kini diwarnai bahasa Indonesia dan bahkan bahasa Inggris yang lebih menjanjikan kesempatan pekerjaan.
Rasa rendah diri dalam berbahasa daerah diakui banyak pihak sebagai implikasi dari pendidikan formal yang lebih banyak menekankan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Sentimen bahwa bahasa Madura hanyalah bahasa kampung turut menyumbang dalam mengikis rasa memiliki dan kebanggaan dalam diri penutur muda.
Bahasa Madura Bukan Lagi Bahasa Pengantar Utama
Di institusi pendidikan formal di Madura, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa pengantar utama sejak lama. Hal ini tidak hanya berdampak pada penurunan penggunaan bahasa Madura di lingkungan akademik, tetapi juga menjalar ke ranah sosial lainnya. Sekolah bukan lagi tempat di mana bahasa Madura menjadi bagian sehari-hari, dan hal ini turut mengurangi kesempatan bagi generasi muda untuk mempraktekkan dan membiasakan diri dengan bahasa ibu mereka.
Menurunnya Popularitas Bahasa Madura
Salah satu indikasi menurunnya popularitas bahasa Madura adalah pengurangan dalam penerbitan buku, artikel, atau konten lainnya yang menggunakan bahasa tersebut. Media publikasi lokal sedikit banyak kini lebih memilih bahasa Indonesia demi menjangkau audiens yang lebih luas, sementara bahasa Madura mulai terasingkan.
Ketidakpopuleran ini juga terlihat dalam kebiasaan sosial di mana bahasa Indonesia kerap menjadi pilihan saat berkomunikasi, bahkan di lingkungan keluarga. Perdebatan dan diskusi sehari-hari sering kali dilakukan dalam bahasa nasional, menyingkirkan bahasa daerah ke pinggiran percakapan.
Enggannya Generasi Muda Berbahasa Madura
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi enggannya generasi muda untuk menggunakan bahasa Madura. Dari pengejaran status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi dengan penguasaan bahasa asing, hingga pengaruh budaya pop yang lebih menggandrungi bahasa yang lebih "modern" dan "keren" di lingkungan media sosial. Akses informasi dan hiburan yang bersumber dari luar, yang dominan berbahasa Indonesia dan Inggris, turut membentuk persepsi bahwa bahasa Madura kurang bernilai.
Pengaruh Budaya Luar
Pengaruh budaya luar yang membawa nilai-nilai baru juga berperan dalam proses pelunturan identitas lokal. Anak-anak muda kerap terjebak pada dilema antara mempertahankan bahasa ibu sebagai notasi identitas budaya atau beralih kepada bahasa yang lebih mendunia untuk adaptasi dan kelangsungan hidup di era global.
Penyebaran luas teknologi dan informasi telah memungkinkan budaya asing merasuk dan mempengaruhi mentalitas masyarakat Madura. Dalam banyak hal, bahasa Madura seolah tertinggal sebagai peninggalan sejarah yang berdebu dan dilupakan.
Strategi Pelestarian Bahasa Madura
Seiring dengan tantangan-tantangan yang telah dijabarkan di atas, upaya pelestarian bahasa Madura harus dilakukan dengan berbagai strategi yang melibatkan semua elemen masyarakat. Pertama, pentingnya pendidikan dan program komunitas di mana bahasa Madura kembali diangkat sebagai alat utama dalam komunikasi dan pembelajaran kreatif. Workshop dan lomba berbahasa Madura bisa menjadi jembatan bagi penutur muda untuk lebih dekat dengan bahasa mereka.
Gerakan sosial dan komunitas literasi juga dapat berperan dalam meningkatkan ketertarikan serta pembiasaan bahasa Madura. Produksi karya kreatif seperti film, lagu, dan sastra dengan bahasa Madura dapat menjadi saran efektif agar bahasa ini tetap hidup dan relevan bagi generasi sekarang.
Pemerintah daerah hendaknya juga memainkan peran proaktif dengan memasukkan bahasa Madura dalam kurikulum sekolah dan memberikan dukungan terhadap penerbitan karya dalam bahasa tersebut. Festival budaya yang menonjolkan keunikan dan kekayaan bahasa dan budaya Madura mungkin menjadi kunci dalam menginspirasi kaum muda untuk kembali menekuni identitas dan warisan budaya mereka sendiri.
Kesimpulan
Keseluruhan usaha yang terstruktur dan melibatkan keinginan kuat dari semua elemen masyarakat ini akan menjadi tiang penopang untuk menyelamatkan bahasa Madura. Menjadikannya tetap sebagai pusat identitas dan kebanggaan budaya generasi Madura di masa depan adalah sebuah harapan yang realisitis jika dilakukan dengan kesadaran kritis dan langkah strategis. Maka, bahasa Madura akan tetap hidup dan berdenyut, adaptif terhadap perubahan namun tetap identik dengan kekayaan kulturnya.
(dari sumber AI)
Pilihan