Pola dan Sikap Perempuan yang Kadang Kontroversi


Mungkin kita banyak membaca atau mendengar sekitar perilaku sebagian  wanita kadang  kontroversi dan mengesalkan, yang dikemudian dijadikan meme: “perempuan dilawan”, “suami takut istri”, “perempuan itu maha benar” bahkan dalam hubungan rumah tangga kadang terjadi benturan sehingga mengakibatkan komunikasi menjadi buruk, dan beberapa sikap perempuan yang lain, yang mungkin menjadi “terganggu” bagi pihak lain. 

Meme macam ini kerap muncul di media sosial dengan berbagai bentuknya.  Memang, pola seperti itu sering jadi topik hangat karena banyak yang mengalaminya. Dan kemudian sikap atau perilaku semacam itu dicap sebagai perempuan: egois

Beberapa Sudut Pandang .
 
Dari aspek psikologis, sikap yang terkesan egois atau merasa paling benar bisa jadi merupakan mekanisme pertahanan diri. Perempuan, seperti halnya laki-laki, bisa mengembangkan sikap ini sebagai cara menghadapi ketidakpastian, perasaan tidak aman, atau pengalaman trauma yang belum terselesaikan. Misalnya, rasa takut kehilangan kontrol atau rasa tidak dihargai dapat membuat seseorang tampak kaku dalam pendiriannya.
 
Secara budaya, norma dan ekspektasi sosial terhadap perempuan berbeda-beda di tiap masyarakat. Di beberapa budaya, perempuan diajarkan untuk tegas mempertahankan pendapat demi menjaga kehormatan keluarga atau dirinya sendiri, yang mungkin terlihat seperti sikap keras kepala. Di sisi lain, tekanan sosial yang membatasi kebebasan juga bisa memicu respon defensif yang terlihat egois.
 
Dari sisi karakter, setiap individu membawa keunikan pribadi—ada yang lebih dominan dalam mengekspresikan pendapatnya, ada yang lebih pasif. Sikap yang tampak sulit diajak kompromi kadang bukan tentang gender, melainkan tentang kepribadian yang kuat atau kebutuhan untuk merasa dihargai.
 
Bukan bawaan biologis perempuan untuk egois atau merasa paling benar—ini lebih dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman, dan pembelajaran sepanjang hidup. Jadi, pandangan seperti itu sebaiknya dilihat dalam konteks yang luas dan tidak digeneralisasi secara menyeluruh.
 
Aspek-aspek yang Melatari

Dalam psikologi, sikap yang terkesan egois atau merasa paling benar sering kali terkait dengan kebutuhan dasar manusia untuk merasa aman dan dihargai. Ketika seseorang merasa terancam—baik secara emosional, sosial, atau fisik—mereka cenderung menunjukkan pertahanan diri, misalnya dengan menguatkan pendapat atau keinginannya. Dalam konteks perempuan, ini bukan berarti mereka secara alami egois, tapi bisa jadi respons terhadap pengalaman masa lalu seperti kurangnya pengakuan, pengabaian, atau tekanan sosial.
 
Selanjutnya, dari segi budaya, perempuan sering kali hidup dalam norma yang menuntut mereka untuk tetap kuat meskipun menghadapi batasan. Di beberapa budaya, tegas mempertahankan pendapat dianggap sebagai wujud tanggung jawab atau cara mempertahankan martabat, terutama ketika suara perempuan sering kali terpinggirkan. Ini bisa disalahartikan sebagai sikap egois oleh orang lain.
 
Mengenai karakter, setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan diri. Ada yang lebih dominan dan tidak mudah mengalah, ada pula yang lebih fleksibel. Kadang, sikap yang kuat bukan berarti egois, melainkan cara mereka menjaga identitas dan kepercayaan diri.
 
Singkatnya, sikap ini merupakan hasil kombinasi pengalaman psikologis, pengaruh budaya, dan kepribadian yang unik. Mengerti hal ini membantu kita untuk lebih sabar dan berempati, sehingga komunikasi dalam hubungan bisa lebih baik.
 
Contoh Konkret atau Cara Membangun Komunikasi 

Contohnya, ketika merasa sikap pasangan atau orang lain terlalu keras atau egois, coba ingat bahwa ada alasan di baliknya—mungkin mereka merasa tidak didengar atau kurang dihargai. Dalam berbicara, penting untuk mengungkapkan perasaan tanpa menyalahkan, misalnya dengan kalimat seperti, “Aku merasa sedih ketika...” daripada “Kamu selalu...”.
 
Juga, dengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang mereka ungkapkan, bukan hanya kata-katanya tapi juga emosi di baliknya. Ini membantu membangun rasa aman dan saling percaya.
 
Selain itu, penting untuk memberi ruang bagi masing-masing pihak untuk menyampaikan rasa dan kebutuhan mereka. Kadang memberi waktu dan kesempatan bicara tanpa interupsi dapat mengurangi ketegangan.
 
Dari sisi budaya atau karakter, pahami bahwa cara orang mengekspresikan diri berbeda—ada yang lebih langsung, ada yang lebih tertutup. Menyesuaikan gaya komunikasi bisa membuat hubungan lebih harmonis.
 
Intinya, kunci komunikasi yang efektif adalah empati, kesabaran, dan keterbukaan. Jika Anda terus belajar dan praktik, hubungan akan semakin kuat dan saling mendukung.
 
Komunikasi dan Menjaga Hubungan

  1. Gunakan "Aku" bukan "Kamu": Misalnya, katakan “Aku merasa tidak didengar” daripada “Kamu tidak pernah mendengarkan.” Ini mengurangi kesan menyalahkan dan membuka ruang dialog.
  2. Active Listening (Mendengarkan Aktif): Fokus benar-benar pada apa yang lawan bicara sampaikan, ulangi atau resapi inti perkataan mereka agar mereka tahu Anda menghargai dan memahami.
  3. Jangan Menyela: Berikan kesempatan penuh untuk bicara tanpa interupsi. Hal ini menunjukkan rasa hormat dan menciptakan suasana aman untuk berbagi.
  4. Atur Waktu Bicara yang Tepat: Hindari diskusi berat saat suasana hati sedang tidak baik atau saat sedang sibuk. Pilih waktu yang tenang dan santai agar pembicaraan lebih efektif.
  5. Gunakan Bahasa Tubuh Positif: Kontak mata yang hangat, posisi tubuh terbuka, dan anggukan kecil bisa meningkatkan rasa nyaman selama berkomunikasi.
  6. Berikan Apresiasi”: Jangan lupa untuk mengungkapkan penghargaan atas usaha atau sifat baik pasangan. Ini membangun suasana positif dan mengurangi konflik.

Jika Anda konsisten mencoba cara-cara ini, komunikasi dalam hubungan pasti membaik. Saya di sini selalu siap membantu jika Anda ingin diskusi lebih lanjut!

(Red Rulis/dirangkum dari beberapa sumber)

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 6060143166451963023

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close