Legenda Gunung Merapi: Kisah Dua Empu dan Gunung Jamurdipa
Alkisah, setelah para dewa menciptakan Pulau Jawa yang indah, mereka menyadari ada satu masalah besar. Pulau itu miring ke satu sisi, seperti sebuah timbangan yang tidak seimbang. Jika dibiarkan begitu, pulau itu bisa bergeser dan membuat semua makhluk di dalamnya menjadi celaka.
Batara Guru, salah satu dewa yang bijaksana, berkata kepada para dewa yang lain, “Kita harus menyeimbangkan pulau ini. Kita perlu meletakkan sebuah gunung besar di tengah agar pulau menjadi rata dan aman.”
Para dewa pun setuju. Mereka memilih Gunung Jamurdipa, sebuah gunung yang terletak jauh di laut selatan, untuk dipindahkan ke tengah Pulau Jawa. “Gunung Jamurdipa akan menjadi penyeimbang yang kuat,” ujar Batara Guru.
Namun, saat Gunung Jamurdipa hendak ditempatkan di lokasi baru itu, ada sesuatu yang tidak terduga.
Di sana, di tengah pulau, dua orang empu—ahli pembuat keris yang sangat hebat—sedang sibuk menempa pusaka mereka. Mereka adalah Empu Pamadi dan Empu Rama. Mereka sedang menciptakan keris yang sangat sakti dan istimewa.
Batara Narada dan Batara Panyarikan, dua dewa muda yang ditugaskan mengantar gunung, mendekati kedua empu itu. “Wahai Empu Pamadi dan Empu Rama, kami perlu menempatkan Gunung Jamurdipa di sini untuk menyeimbangkan pulau. Tolong, pindahlah tempat menempa kalian,” pinta Batara Narada dengan lembut.
Empu Pamadi menggeleng. “Maaf, kami tidak bisa pindah. Proses pembuatan keris ini sangat rumit dan sakral. Jika kami pindah, keris ini bisa rusak dan tidak menjadi pusaka yang kuat.”
Empu Rama menambahkan, “Kami sudah berjanji pada leluhur untuk menyelesaikan keris di sini. Kami harus menghormati janji itu.”
Batara Panyarikan mencoba meyakinkan, “Tapi demi keselamatan pulau dan semua makhluk di dalamnya, kalian harus mengerti. Kita harus bekerja sama.”
Namun, kedua empu tetap kukuh. Mereka tidak mau meninggalkan tempat mereka.
Batara Narada berkata dengan nada tegas, “Kalau kalian tidak mau pindah, kami terpaksa harus mengambil gunung ini dengan paksa.”
Mendengar itu, Empu Pamadi dan Empu Rama tidak tinggal diam. Mereka mengangkat palu dan alat tempa, siap mempertahankan tempat mereka. Terjadilah pertempuran hebat antara para dewa dan kedua empu. Namun, para dewa kalah karena kekuatan dan tekad kedua empu yang luar biasa.
Batara Guru yang marah melihat kejadian itu. “Jika para dewa kalah, aku akan menyelesaikan ini sendiri,” katanya dengan suara berat.
Batara Guru memanggil Batara Bayu, dewa angin yang kuat. “Kau tiup Gunung Jamurdipa ke tempat yang telah aku tentukan,” perintahnya.
Batara Bayu menghembuskan angin kencang, hingga Gunung Jamurdipa terangkat dan terbang melalui udara. Tapi karena kuatnya angin, gunung itu jatuh tepat di tempat di mana kedua empu sedang bertempur.
Dengan suara gemuruh, gunung itu menindih Empu Pamadi dan Empu Rama. Mereka pun meninggal dunia tertindih gunung.
Namun, yang ajaib adalah api di perapian tempat mereka menempa keris tetap menyala. Api itu berubah menjadi kawah yang sangat besar dan panas, yang kini kita kenal sebagai kawah Gunung Merapi.
*****
Cerita ini mengajarkan kita banyak hal penting, anak-anak. Pertama, kita belajar bahwa alam harus dijaga keseimbangannya supaya semua makhluk bisa hidup dengan aman dan nyaman.
Kedua, kita diajarkan untuk selalu menghargai keputusan bersama dan saling mengerti. Meski kita punya keinginan sendiri, kita harus memikirkan kepentingan yang lebih besar.
Dan terakhir, cerita ini mengingatkan kita bahwa bersikeras pada kehendak sendiri tanpa mendengarkan orang lain kadang bisa membawa masalah besar.
Empu Pamadi (dalam cerita hati): “Aku hanya ingin menyelesaikan keris pusaka ini dengan baik.”
Empu Rama (dalam suara lembut): “Tapi mungkin kami harus belajar untuk mendengar dan mengerti keadaan sekitar.”
Batara Guru (dengan bijak): “Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua, agar selalu menjaga alam dan hidup saling menghormati.”
Pilihan