Misteri Siluman Kucing
https://www.rumahliterasi.org/2025/09/misteri-siluman-kucing.html?m=0
Cerpen: Beryl
Selama sebulan penuh, malam Danu selalu dihiasi oleh kehadiran yang tidak terduga. Di kegelapan yang diselimuti embun, muncullah sosok kucing hitam pekat dengan sorot mata kuning yang menyala-nyala. Kehadirannya begitu sunyi, begitu misterius, seolah-olah ia muncul dari ketiadaan dan kembali ke ketiadaan.
Awalnya, ketakutan mencengkeram Danu setiap kali ia melihat dua titik cahaya itu di halaman, di bawah jendela, atau bahkan di ambang pintu dapur. Namun, seiring waktu, ketakutan itu perlahan pudar, digantikan oleh rasa penasaran yang mendalam. Kucing itu tidak pernah menetap. Ia muncul di mana saja, berpindah dari satu sudut ke sudut lain, seolah menari di antara bayang-bayang rumah.
Namun, kehadiran kucing itu membawa dampak yang lebih besar. Setiap malam, tidur Danu diganggu oleh mimpi-mimpi yang menakutkan. Dalam mimpi, ia sering dikejar oleh bayangan gelap yang tak berwujud, namun matanya memancarkan cahaya kuning yang sama. Danu sering terbangun dengan jantung berdebar kencang dan keringat dingin.
Ketegangan itu merambat ke siang hari, mengganggu pekerjaannya. Konsentrasinya buyar, dan ia sering melamun, terperangkap dalam obsesi untuk mengungkap misteri di balik kucing siluman itu.
Dalam keputusasaannya, terbersit niat keji untuk mengakhiri segalanya. Ia sempat berpikir untuk membunuh kucing itu, berharap bisa menghentikan teror yang tak kasat mata. Namun, nuraninya berbicara. Ia sadar bahwa segala makhluk, dalam bentuk apapun, pantas dilindungi. Kesadaran itu menghentikannya.
Memasuki malam ketiga puluh, Danu memutuskan untuk tidak lagi lari. Dengan tekad yang berbeda, ia berani memburu kucing itu, bukan untuk menyakitinya, melainkan untuk mencari jawaban. Ia memilih posisinya di balik rak di gudang, tempat di mana ia paling sering melihat penampakan itu. Dengan sabar, ia menunggu. Waktu terasa melambat, namun Danu tak bergeming. Ia telah menyiapkan jebakan sederhana, sebuah kandang yang siap menutup saat momen yang tepat tiba.
Tepat tengah malam, dua mata kuning itu muncul dari balik tumpukan kardus. Gerakannya begitu anggun, nyaris tak bersuara. Danu menunggu sampai kucing itu sepenuhnya masuk ke dalam kandang yang ia pasangi umpan. Saat ekor hitamnya menghilang di balik jeruji, Danu menarik tali.
Jebakan itu berhasil. Dengan napas terengah, ia membawa kandang itu ke dalam rumah, memastikan tidak ada jalan keluar. Ia yakin, rahasia di balik mata kuning itu akan terungkap malam ini.
Namun, saat ia menoleh untuk mengambil selimut, sebuah keheningan yang aneh memenuhi ruangan. Danu kembali menatap kandang itu. Kandang itu kosong. Tidak ada kucing hitam, tidak ada jejak, hanya jeruji dingin yang seolah-olah tak pernah menahan apa pun. Kucing itu lenyap, seperti ilusi yang tak pernah ada. Danu terdiam, menyadari bahwa ia baru saja menyaksikan sebuah keajaiban yang tidak bisa dijelaskan.
Pada malam-malam berikutnya, penampakan kucing itu tidak pernah muncul lagi. Rumahnya kembali hening, dan Danu terperangkap dalam pikirannya sendiri. Ia yakin bahwa kucing itu adalah siluman yang memiliki tujuan tertentu, namun apa tujuannya? Mengapa ia menampakkan diri, dan mengapa ia menghilang setelah tertangkap? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui Danu, menjadi misteri pribadi yang tidak pernah ia temukan jawabannya. Kucing itu mungkin telah pergi, tetapi tanda tanyanya tetap abadi.
Pilihan