Begal Ketemu Menor


Cerpen Asik

Malam itu jalanan di tepi Desa Kali Miring sunyi seperti bioskop habis mati listrik.
Bulan menggantung miring di langit, dan dua begal kawakan — Darmo dan Darno — bersiap di balik pohon pisang. Clurit sudah diasah, semangat sudah menyala, meski sandal mereka bolong sebelah.

Rencana Hebat Dua Begal Bodoh

“No, liat tuh… ada dua motor lewat, kayaknya boncengan cewek, No.” kata Darmo dengan nada berbisik, matanya menyipit seperti detektif film murah.

“Heeh, tapi kok bajunya kayak lampu jalan rusak, silau amat!” jawab Darno sambil melindungi matanya dengan tangan.

“Itu bukan silau, No. Itu namanya fashion. Cewek zaman sekarang suka yang ngejreng biar nyala di gelap.” jelas Darmo penuh yakin, padahal dia sendiri tak paham apa itu “fashion.”

“Pokoknya malam ini kita begal satu aja, Mo. Aku butuh duit buat bayar cicilan panci online.” ucap Darno dengan nada serius.

“Cicilan panci?! Astaga, No… kita ini begal, bukan ibu rumah tangga!” protes Darmo sambil memukul pelan kepala temannya.

“Hehe, ya siapa tahu habis ngebegal bisa masak sop, Mo.” sahut Darno sambil nyengir.

Keduanya pun bersiap. Clurit diangkat, nafas ditahan, jantung berdebar — bukan karena takut, tapi karena belum makan malam.

Korban yang Tak Terkira

Suara motor terdengar makin dekat. Dua perempuan muncul — satu mengenakan baju kuning menyala, satu lagi merah terang.
Make up mereka tebal seperti lapisan cat baru di dinding balai desa. Mereka tertawa-tawa sambil menyanyikan lagu dangdut remix.

“Merah, gas dikit! Anginnya enak banget malam ini.” kata Sum Kuning sambil tertawa.

“Iya, Kuning, tapi jangan ngebut! Aku baru blow rambut nih, nanti kempes!” balas Sum Merah sambil mengibaskan rambutnya.

Begitu mereka lewat depan pohon pisang, dua begal melompat ke tengah jalan.

“BERHENTI! INI PERAMPOKAN!” teriak Darmo dan Darno serempak, tapi nadanya tak selaras, seperti duet penyanyi dangdut gagal latihan.

Kedua perempuan itu malah menghentikan motor dengan santai, lalu saling pandang — dan… tertawa ngakak.

“Astaga, Merah, ini perampok atau badut hajatan?!” kata Sum Kuning sambil menahan perutnya.

“Iyaaa, Kuning, yang satu cluritnya kinclong, yang satu sandal jepitnya beda warna! Lucu banget!” jawab Sum Merah sambil terpingkal.

Begal Kehilangan Wibawa

“Hei! Jangan banyak ngomong! Ini perampokan serius! Cepat turun dari motor!” bentak Darmo dengan suara dibuat seram, meski suaranya serak seperti habis makan kerupuk gosong.

“Ih, serem banget, Kuning! Tapi kok suaranya mirip abang bakso depan pasar ya?” bisik Sum Merah pura-pura takut.

“Hei! Aku bukan tukang bakso! Aku begal profesional!” balas Darno dengan nada bangga, seolah profesi itu ada ijazahnya.

“Profesional dari mana? Maskermu bolong di tengah gitu. Itu bolongnya buat ngisep es lilin, ya?” tanya Sum Kuning sambil terkekeh.

Darmo melirik Darno, wajahnya bingung.
“No, ini gimana sih? Mereka bukannya takut malah ngeledek.” bisik Darmo pelan.

“Sabar, Mo. Mungkin mereka lagi stres. Kadang orang stres suka ketawa sendiri.” jawab Darno setengah yakin.

Pelukan Tak Terduga

“Udah deh, kalau mau rampok, rampok aja. Tapi jangan gaya kayak pemain drama radio!” kata Sum Kuning dengan nada menggoda.

“Iya, ambil aja motornya. Tapi bensinnya tinggal dua garis ya, biar gak kaget di tengah jalan.” sambung Sum Merah dengan santai.

“Eh, kalian beneran gak takut, nih?” tanya Darmo mulai ragu.

“Takut sih, Bang… tapi lebih takut liat poni abang itu. Itu poni apa sarang burung tekukur?” jawab Sum Kuning pura-pura polos.

Darno hampir ketawa, tapi menahan biar tetap terlihat jahat. Namun sebelum sempat berkata lagi, kedua perempuan itu mendekat. Dengan wajah manis dan senyum lebar, mereka memeluk kedua begal itu hampir bersamaan!

“Duh, cowoknya gagah banget sih. Cluritnya kinclong. Kamu poles pakai apa, Bang?” tanya Sum Merah manja sambil menepuk bahu Darmo.

“Eeh… ini… bukan buat gaya, lho! Ini buat… ya begal gitu.” jawab Darmo gugup, pipinya merah.

“Tenang, Bang, kami suka cowok berani.” ujar Sum Kuning sambil menepuk pundak Darno lembut.

“Lho, kok jadi gini? Ini perampokan apa audisi dangdut cinta lokasi, sih?” gumam Darno nyengir, tak sanggup menolak pelukan.

Begal Pensiun Sementara

Beberapa menit kemudian, mereka semua duduk di pinggir jalan. Clurit ditancapkan di tanah, motor diparkir rapi.
Empat orang itu tertawa bareng, seolah bukan baru saja terjadi percobaan begal.

“Jadi kalian tadi beneran gak takut?” tanya Darmo masih penasaran.

“Takut sih, tapi lebih takut kalau kalian kabur sebelum sempat kenalan.” jawab Sum Kuning sambil kedip manja.

“Bener! Kami tuh cuma jalan-jalan cari angin, eh malah dapet dua cowok gratis!” timpal Sum Merah sambil menepuk bahu Darno.

“Aku udah siap mental buat adu nyali, malah diajak kenalan. Dunia kebalik ini, Mo.” kata Darno sambil garuk kepala.

“Iya, No. Harusnya kita dapet motor, malah dapet pasangan ngobrol.” balas Darmo tertawa kecil.

Tak lama, Sum Merah mengeluarkan ponselnya dan ngajak selfie. “Ayo, foto dulu! Caption-nya: ‘Begal tapi Bahagia’.” katanya riang.

Darmo dan Darno tersenyum malu, tapi ikut juga berpose dengan dua perempuan menor itu.

Polisi Datang

Tiba-tiba, suara sirine kecil terdengar. Sebuah motor patroli lewat dan berhenti di depan mereka.

“Hei! Kalian ngapain malam-malam di pinggir jalan?” tanya Pak Polisi sambil menyorotkan senter.

“Ini, Pak… lagi belajar motivasi hidup.” jawab Darmo cepat, sambil menyembunyikan clurit di belakang punggung.

“Iya, Pak. Kami barusan mencegah tindakan kejahatan dengan cinta kasih.” tambah Sum Kuning dengan nada manis.

“Hebat, Mo. Dari begal jadi relawan cinta.” bisik Darno pelan sambil nyengir.

“Iya, No… ternyata rezeki gak selalu berbentuk motor. Kadang berbentuk hati.” jawab Darmo penuh filosofi kampung.

Sejak malam itu, Darmo dan Darno resmi pensiun dari dunia per-begalan.
Mereka membuka Warung Kopi Menor di pinggir jalan, dibantu Sum Kuning dan Sum Merah yang jadi MC karaoke tiap malam minggu.
Spanduknya bertuliskan:

Warung Menor — Kopi Panas, Cinta Cepat Saji

Dan kalau malam minggu tiba, sering terdengar suara tawa keras dari dalam warung itu —
bukti bahwa kadang, kisah kriminal bisa berakhir jadi komedi romantis ala kampung.
 

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 8911013920407435546

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA
Info selengkapnya, klik gambar

Relaksasi


 


 

Jadwal Sholat

item
close