Mantra: Warisan Sastra Lama yang Sarat Makna

 


Puisi lama merupakan salah satu warisan budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan masyarakat Nusantara. Sejak masa lampau, bentuk-bentuk puisi lama telah menjadi bagian penting dari tradisi lisan yang diwariskan secara turun-temurun. Di antara berbagai jenis puisi lama yang hidup dalam masyarakat, mantra menempati posisi yang unik. Ia bukan sekadar karya sastra, melainkan juga bagian dari sistem kepercayaan dan pandangan hidup masyarakat tradisional.

Mantra hadir dalam kehidupan masyarakat sebagai ucapan sakral yang dipercaya memiliki kekuatan magis. Dalam budaya lisan, mantra bukan hanya serangkaian kata yang indah, melainkan juga sarana spiritual untuk memengaruhi alam nyata maupun alam gaib. Keindahan bunyinya berpadu dengan keyakinan mendalam terhadap kekuatan kata, menjadikan mantra tidak hanya sebagai puisi, tetapi juga sebagai doa, harapan, dan perlindungan.

Secara etimologis, kata mantra berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu man yang berarti “pikiran” dan tra yang berarti “alat”. Dengan demikian, mantra dapat diartikan sebagai “alat dari pikiran”, sebuah media batin yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi. Dalam praktiknya, mantra sering kali diucapkan oleh orang-orang tertentu seperti dukun, pawang, atau tokoh spiritual yang dianggap memiliki kemampuan khusus dalam memahami dan mengendalikan daya gaib melalui kata-kata.

Mantra tumbuh dari akar kepercayaan masyarakat terhadap alam dan kekuatan yang tak kasatmata. Dalam sistem kepercayaan animisme dan dinamisme, segala sesuatu di alam dianggap memiliki roh atau energi yang bisa dipengaruhi. Karena itu, masyarakat menggunakan mantra untuk berbagai tujuan — mulai dari menyembuhkan penyakit, menolak bala, mendatangkan rezeki, hingga memohon keselamatan. Dalam setiap ucapannya, tersimpan keyakinan bahwa kata bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sumber kekuatan spiritual.

Sebagai karya sastra, mantra memiliki nilai estetika yang tinggi. Rima, irama, dan pilihan katanya disusun dengan penuh ketelitian. Menurut Waluyo (1987), mantra memiliki ciri khas yang membedakannya dari karya sastra lain: pemilihan kata yang cermat, penggunaan bunyi berulang untuk memperkuat sugesti, serta pemakaian kata-kata yang jarang ditemui dalam bahasa sehari-hari. Jika diucapkan dengan lantang, bunyi mantra menciptakan efek magis yang dapat menggugah perasaan pendengarnya. Tak heran jika hanya orang-orang tertentu yang benar-benar memahami maknanya secara utuh.

Dalam masyarakat Melayu dan berbagai daerah lain di Indonesia, dikenal beragam jenis mantra yang digunakan sesuai kebutuhan. Ada mantra untuk meminta izin kepada alam, untuk memohon angin, untuk menolak penyakit, bahkan untuk menenangkan diri dan menumbuhkan rasa percaya diri. Contohnya dapat ditemukan dalam kumpulan Mantra Muar Wanyek (Analisis Struktur dan Fungsi) yang disusun oleh Badan Bahasa. Salah satunya berbunyi:

He... e... ambo... e... bukan kacang sembarang kacang,
Kacang melilit di tapi mentare,
He... e... ambo... e... bukan datang sembarang datang,
Datang nambusek ambo..., datang nambussek sanak saudare.

Mantra tersebut merupakan bentuk komunikasi simbolik antara manusia dan alam, di mana setiap kata menjadi perantara yang menghubungkan dunia fisik dengan dunia spiritual. Dalam struktur dan bunyinya, terlihat betapa kuat peran sugesti dan irama dalam membangun kekuatan magis.

Selain kekuatan spiritualnya, mantra juga menyimpan nilai-nilai budaya yang mencerminkan kehidupan masyarakat pendukungnya. Di dalamnya terdapat kepercayaan, pandangan hidup, serta cara masyarakat memaknai hubungan manusia dengan alam dan Tuhan. Setiap mantra merupakan potongan kecil dari kebijaksanaan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Kini, ketika zaman semakin modern dan rasionalitas menjadi tolok ukur utama, keberadaan mantra mungkin terasa asing bagi sebagian orang. Namun, di balik bentuknya yang sederhana, mantra sesungguhnya menyimpan pesan yang sangat dalam: bahwa kata memiliki kekuatan, dan bahwa manusia selalu mencari cara untuk berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya.

Melestarikan puisi mantra berarti juga melestarikan identitas budaya bangsa. Ia adalah cermin dari kearifan lokal, bukti bahwa leluhur kita telah lama mengenal keindahan bahasa dan kekuatan spiritual yang berpadu dalam satu bentuk ekspresi sastra.

Mantra bukan sekadar ucapan magis, melainkan jejak sejarah peradaban manusia Nusantara yang memahami dunia dengan cara yang puitis dan penuh makna. Dengan mempelajari dan menghargainya, kita bukan hanya menjaga warisan sastra, tetapi juga menghormati cara pandang nenek moyang yang telah menanamkan kesadaran bahwa kata — bila diucapkan dengan hati — dapat menjadi doa dan kekuatan.

Contoh Puisi Mantra

Berikut beberapa contoh puisi mantra yang dikutip dari buku Mantra Muar Wanyek (Analisis Struktur dan Fungsi) yang disusun oleh Badan Bahasa, serta berbagai sumber lainnya:

Mantra memberi tahu maksud kedatangan

He ... . e .. .. ambo .... e ... bukan kacang sembarang kacang
Kacang melilit di tapi mentare
He ... . e .... ambo .... e ... bukan datang sembarang datang
Datang nambusek ambo .. .. , datang nambussek sanak saudare

Mantra minta izin mengambil sarang wanyek

He .... e ... ambo .... e ... mak kanJek menjait baju
Mangkawang di pungkak ubah
He ... e .... ambo .... e ... mintak rabek kamek nak lalu
Urang punye rumah ambo..... urang punye rumah penunggu lawang

Mantra minta angin

He ...... e ... ambo .... e ... mintak belacan sebarang sedikit
Mintak dipais ngan daon nibong
He .... e ... ambo •.. . e ... mintak selatan sebarang sedikit
Untuk menurunkan ambo .. , untuk menurunkan dayang di padong

Mantra mengambil wanyek di iser

He .... e ... ambo ..... e ... kakap ikan belidak
Polehan nube di alut sumanter
He ... e .... ambo ... e ... antahkan dapat antahkan tidak
Abang melalai ambo .... , abang melalai ke ujong iser

Mantra terkena api

Audzubillahiminasyaitonirrojim
Bismillahirahmanirrahim
Salamun kolamirobirohim

Mantra doa selamat

e .... e ... ambo .... e .. ajong belayar siringkak -kisik
iape juragan tayep muhammad
e ... e ... ambo .... e .. abang nak paggi usah tangisek
intak tulong ambo .... , mintak tolong doa bujor selamat

Mantra jampi lipan

Audzubillahiminasyaitonirrojim
Bismillahirrahmanirrahim

Aku tau asal mulo lipan
Garamentri ineng kabah kinang
Di pancong pajar menang
Setitek kumang kuntang
Ngahi lipan setitek umban kayek
Kuman keadaan jadi peyengat lipan
Itulah asal mulo lipan cakuel
Mu laillahaillallah muhamad darasulullah

Mantra (pengikat)

Audzubillahiminasyaitonirrojim
Bismillahirrahmanirrahim

Cek cericek tikam imate
Dimate tikam mati ancurlah
Hati orang sebanyak ini
Terpandang padakuku hak kata Allah

Mantra sakit kepala

Audzubillahiminasyaitonirrojim
Bismillahirrahmanirrahim

Cur binti kene batu batu ancur
Kene pelang pelang libur
Lantaka nga gunung lungsung
Lantaka nga sianu die tekipur

Mantra ketika tertusuk paku

Audzubillahiminasyaitonirrojim
Bismillahirrahmanirrahim

Membaca Al Fatihah
Lalu membaca
Man, sebanyak 3 kali
Yann, sebanyak 3 kali
Wabuu, sebanyak 3 kali

Mantra jampi pengutan

Audzubillahiminasyaitonirrojim
Bismillahirrahmanirrahim

Hut sang sepengut
Kemane sang sepengut
Naik tughun nak njuluk pengut si anu
Hut katenye Allah

Mantra jampi bertanam

Audzubillahiminasyaitonirrojim
Bismillahirrahmanirrahim

Nak idup iduplah di tanam
Nak mati matilah kene mataghi
Ndak dingin dinginlah kene ujan
berkat Kate Allah

Mantra untuk mengobati kelilipan

Audzubillahiminasyaitonirrojim
Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma Sholli'ala Sayyidina Muhammad

Kusuk-dikusuk daun kunyit
Saye dikusuk saye lengit
Kusuk-dikusuk daun buluh
Saye dikusuk saye luluh

Mantra penyembuh luka bakar

Audzubillahiminasyaitonirrojim
Bismillahirahmanirrahim (3x)

Aku tau asal api nur ala asal api
Aku bukan menerima api
Laut hijau menerima
Berkat ke lima La illa ha illalah

Setelah membaca mantra ini tangan ditiup dan diusapkan pada luka tersebut atau setelah membaca mantra ini usapkan air ludah sedikit pada luka bakar tersebut.

Mantra agar percaya diri

Bismillahirohmaanirrohiim

Upung si burung upung
Upung si burung laye-laye
Ndijauh seperti gunung
Ndi damping seperti berdiwe
Manis mate bidudari
Manis mate ughang sejagad
Sebalai raye tepandang padauk

Mantra sakit gigi

Audzubillahiminasyaitonirrojim

Bismillahirahmanirrahim

Sih sami mai suku ramai
Nabi uyup menawari ulat 33 masuk tawar keluar bisoh.....gigi si nama
Kalau sakit gigi sebelah kanan ucapkan sebelah kiri
Kalau sakit gigi sebelah kiri ucapkan seblah kanan

Mantra mengambil wanyek di iser

He .... e ... ambo ..... e ... kakap ikan belidak
Polehan nube di alut sumanter
He ... e .... ambo ... e ... antahkan dapat antahkan tidak
Abang melalai ambo .... , abang melalai ke ujong iser

 (Sumber CCN Indonesia)

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 5641168101633430558

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi


 

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA
Info selengkapnya, klik gambar

Relaksasi


 


 

Jadwal Sholat

item
close