Peran AI Terhadap Gerakan Literasi di Indonesia
Perkembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah menjadi bagian penting dari kehidupan manusia modern. Di Indonesia, kemajuan AI tidak hanya berpengaruh pada bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial, tetapi juga mulai menyentuh gerakan literasi yang menjadi dasar pembentukan manusia yang cerdas, kritis, dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Berikut hasil wawancara dengan AI seputar “Peran AI terhadap Gerakan Literasi di Indonesia” bersama narasumber yang memberikan pandangan reflektif dan edukatif mengenai hubungan antara kecerdasan buatan dan dunia literasi di tanah air.
Menurut Anda, apa makna dan hakikat literasi dalam kebutuhan hidup manusia?
Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi
kemampuan memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk kehidupan
sehari-hari. Hakikat literasi adalah proses manusia untuk tumbuh menjadi
individu yang berpikir kritis, mampu beradaptasi, dan mengambil keputusan yang
tepat.
Dalam kehidupan modern, literasi menjadi kebutuhan mendasar, karena manusia
dihadapkan pada arus informasi yang sangat deras. Tanpa literasi, manusia akan
mudah terombang-ambing oleh berita palsu, opini menyesatkan, dan tekanan sosial
yang mengaburkan logika berpikir.
Sejauh mana pemahaman dan penerapan literasi di tengah masyarakat Indonesia?
Kesadaran literasi di Indonesia sebenarnya terus meningkat.
Banyak komunitas literasi, lembaga pendidikan, dan gerakan sosial yang aktif
menumbuhkan budaya membaca dan menulis.
Namun, penerapannya belum merata. Di perkotaan, literasi berkembang ke arah
digital dan kreatif — misalnya melalui platform edukatif dan media sosial yang
mendukung pembelajaran. Sementara di beberapa daerah, literasi masih dipahami
sebatas kemampuan dasar membaca teks atau menulis surat.
Tantangan kita sekarang adalah menjadikan literasi sebagai budaya hidup, bukan
hanya kegiatan seremonial atau proyek sesaat.
Bagaimana pemahaman masyarakat pedesaan dan pelosok mengenal dunia literasi?
Masyarakat pedesaan dan pelosok umumnya mengenal literasi
melalui kegiatan yang sederhana dan dekat dengan kehidupan mereka, seperti
membaca Al-Qur’an, membaca informasi di balai desa, atau mendengarkan siaran
radio.
Akses terhadap buku, internet, dan fasilitas belajar memang masih terbatas.
Tapi yang menarik, semangat belajar mereka sangat tinggi — terutama ketika literasi
dikaitkan dengan hal-hal praktis seperti pertanian, kesehatan, atau ekonomi
keluarga.
Ketika literasi diposisikan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas hidup,
bukan sekadar teori, masyarakat pelosok justru lebih cepat memahami maknanya.
Sejauh mana pengaruh AI terhadap gerakan literasi di Indonesia?
AI membawa pengaruh yang signifikan bagi perkembangan
gerakan literasi di Indonesia. Melalui teknologi ini, akses terhadap informasi
dan pembelajaran menjadi jauh lebih mudah.
Kini siapa pun bisa belajar kapan saja dan di mana saja dengan bantuan aplikasi
berbasis AI — mulai dari penerjemahan bahasa, pembelajaran interaktif, hingga
sistem pendukung guru dan siswa.
AI membantu menjembatani kesenjangan literasi antara kota dan desa dengan
menghadirkan sumber belajar yang lebih inklusif. Namun, tentu tetap diperlukan
bimbingan manusia agar teknologi ini digunakan dengan bijak dan bertanggung
jawab.
Dalam konsep baca tulis, apakah Indonesia sudah menjalankannya secara maksimal, atau masih stagnan?
Indonesia sudah menjalankan konsep baca tulis melalui
berbagai program, seperti Gerakan Literasi Sekolah dan Gerakan
Nasional Literasi Digital. Akan tetapi, penerapannya masih belum merata.
Banyak masyarakat yang membaca hanya karena tuntutan sekolah atau pekerjaan,
bukan karena kebutuhan atau minat. Budaya membaca dan menulis yang kuat masih
menjadi pekerjaan rumah besar bangsa ini.
Jadi, bisa dikatakan Indonesia belum stagnan, tetapi masih dalam proses panjang
untuk menjadikan literasi sebagai bagian dari karakter dan gaya hidup
masyarakat.
Seperti apa AI mendukung dan mendorong proses gerakan literasi?
AI mendukung gerakan literasi melalui berbagai inovasi
praktis. Contohnya, teknologi AI mampu menyediakan ringkasan otomatis dari buku
atau artikel, menerjemahkan teks ke berbagai bahasa, hingga membantu anak-anak
belajar membaca dengan metode interaktif.
Dalam pendidikan, AI menjadi asisten yang membantu guru menyiapkan materi
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Di bidang penulisan,
AI membantu masyarakat menulis, menyunting, dan bahkan menemukan ide baru
dengan lebih cepat.
Dengan begitu, AI bukan menggantikan peran manusia, melainkan memperkuat dan
memperluas daya jangkau literasi itu sendiri.
Seberapa besar pengaruh AI dalam menciptakan manusia yang literat di masa kini?
Pengaruh AI terhadap pembentukan manusia literat sangat
besar. AI memaksa manusia untuk tidak hanya tahu, tapi juga mampu berpikir
kritis, memilah informasi, dan menilai keaslian data.
AI melahirkan kebutuhan baru dalam dunia literasi, seperti literasi digital,
literasi data, dan literasi etika teknologi. Semua ini menuntut
manusia agar lebih reflektif dan bertanggung jawab dalam menggunakan
pengetahuan.
Jika digunakan dengan bijak, AI bisa menjadi katalis bagi terciptanya manusia
Indonesia yang cerdas, kreatif, dan literat — bukan hanya dalam teori, tetapi
juga dalam tindakan nyata.
Kecerdasan buatan tidak akan pernah menggantikan peran
manusia dalam berpikir dan berperasaan, tetapi AI dapat menjadi jembatan yang
memperluas cakrawala pengetahuan dan mempercepat gerakan literasi.
Gerakan literasi di Indonesia akan semakin kuat bila mampu bersinergi dengan
teknologi, tanpa kehilangan nilai kemanusiaan yang menjadi ruh dari setiap
proses belajar.
(Rulis)
Pilihan





