Puisi-puisi Budi Haryono


Budi Haryono
, seorang guru sekolah dasar, juga aktifis gerakan literasi. Sebagai pengurus Rumah Literasi Sumenep (Rulis) serta beberapa organisasi lainnya seperti PGRI, kepramukaan, dan lainnya di Sumenep. Selain menulis puisi, kerap menulir beberapa pandangan tentang dunia pendidikan.


Tentang Hidup (1) 


Hidup apa adanya
tiada keluh kesah
di hati dan fikiran

Hidup adalah ketenangan
tiada beban 
senantiasa setia pada qada' dan qadar
serta alur takdir 
mengalir
pasrah 
pada ketetapanNya

Hidup adalah bingkai aturanNya
tak ada gerutu di bibir 
wajah masam dan kabut di hati lantaran jalinan cerita  selalu dalam hukumNya 
sudah tetap hikmah dalam alurNya

Hidup ajang penampung sabar persembahanNya penuh keikhlasan kita terima penuh lapang dan senantiasa bersandar pada MahaNya

Hidup adalah keyakinan 
tempat berlindung di haribaanNya 
tiada tergoyah nurani 
patuh dan taat padaNya
darma pengabdian dalam kendaliNya

Hidup adalah berserah 
selayak lakon
diapakan tiada bisa menuntut
lantaran jalan hidup  dan nasib terbaik berada dalam genggamanNya 
dan kita menjalani pilihan hidup sesuai dengan skenarioNya

Hidup adalah misteri 
yang tersembunyi dalam rahasia siang malam 
serta hamparan semesta 
yang patuh pada ketetapanNya
sekecil apapun itu berarti 
yang besar itu pun bukan hakiki

Hidup adalah perjuangan 
batas langkah jangan dipertentangkan sebab perjuangan arti dari keterbatasan
lantaran MahaNya jadi ketetapan

Hidup itu indah 
nikmati dan syukuri penuh kelegaan meski suka dan duka silih berganti tiada masalah yang terlewati

Hidup itu sejarah 
para pelakonnya bersandiwara 
tiada berujung 
senantiasa ingin menjadi 
terdepan dan bermakna 
meski terkadang melampaui batasannya

Hidup adalah pasti 
semua yang bernyawa 
akan melalui rangkaian menuju keabadian hakiki 
pilihan takdir tak akan terlewati

Hidup adalah takdir 
sebagaimana maut menjemput 
menuju kelanggengan surga neraka 
saat terbebas dari kefanaanNya

Hidup adalah berkah 
seribu kilo beras ada di tangan loba tidak akan menjadi amanah
kita harus berbagi
pada orang-orang di pagi hari keniscayaan bergelut diri
takkan pernah habis jikalau ambisi andaikan bumi dan langit runtuhkan rejeki
tak kan cukup bagi yang tamak di hati
saat semua apa diambil sendiri 
tiada seorang pun berani menepi

Selama tuan diam berdiri 
secuil pun akan di kais sendiri 
dengan pongah singkirkan jati diri 
tak peduli kaum sejagat yang papa menanti

Hidup adalah pilihan 
tidur panjang itu pasti 
hanya orang-orang yang mati di hati singkirkan kepastian ditukar ingkar diri

Sumenep, 1 Juli 2024



Tentang Hidup (2) 

Hidup adalah harmoni 
meski kidungan sumbang dilantumkan
bila ingin berserah diri  
senyapkan hati di garis lazuardi
taburkan kembang tiada berduri

Andai ku kalungkan seuntai bunga melati  
harumnya menguar hingga membelah gugusan bima sakti
dan langit menghimpit bumi 
tak kan pernah pudar lantunan ayat suci

Rebah
Rebahlah dikau kepada Yang Maha Suci 
kendati tubuhmu terbalur bedak pulur wewangi 
seharum semerbak minyak kesturi dari surgawi

Hidup adalah kesetiaan 
lantaran cinta dan kasih sayang  membalut kegelisahan hati
dan keangkuhan tiada akan pernah menembus dinding keikhlasan 
karena jiwa nan tenang 
senantiasa didekap oleh lembutnya embun keabadian

Hidup adalah halusinasi 
rona merah jingga di kaki ufuk 
sebagai pertanda redupnya mentari kembali ke peraduanNya

Sedang butiran embun yang menjilati kepekatan malam beriring dengan perginya ruam tubuh yang lelah mendesah

Malam
Masih adakah sisa cahaya yang menghampar?
Sebab bintang di atas sana 
senantiasa berharap lambaian bocah-bocah menyenandungkan
syair sihir demi membalut awan 
yang sembunyi di pelepah pepaya

Janur kuning di lengkung bulan 
penuh malu terdiam
perlahan ceburkan diri 
di ujung rayuan Sang Pencipta

Sumenep, 6 Juli 2024





Merdeka Apa

Merdeka apa? 
Saat makan wajik
masih tersedak di tenggorokan

Merdeka apa? 
Jika adil  hanya milik segelintir insan bernafsu
menindas nurani dan budi dalam lembah curam
membelenggu hasrat dan semangat hingga batas tak bertepi
menjegal dan menjagal aksi berani hingga terkapar

Ibu pertiwi, mengapa begini? 
Semangat hati dan nurani suci sudah tercemar oleh angkara para pemabuk yang menari melingkar-lingkar seraya berteriak menyenandungkan syair-syair keserakahan

Merdeka apa? 
Saat siulan kutilang tak menghibur lagi

Merdeka apa? 
Jika kepak sayap garuda sudah tidak harmoni lagi

Saat ini
Hanya tinggal sukma dan jiwa bersemedi di pojok ruang hampa  tampang galak 
garangnya keangkuhan 
mencabik mencakar wajah pasrah hingga lunglai berlumuran darah 
tak berdaya

Ooh, Tuhan! 
Adakah gemericik air serta senandung burung malam
mampu memulaskan tidurnya sang bidadari didekapan para penghuni syurga? 

Ooh, Tuhan! 
Jangan biarkan para penjilat mengecap sisa air ludah bercipratan hingga menghancurkan liang kesabaran
Sebab langkahnya masih terseok-seok
dan menepi bersandar pada dinding keputusasaan

Jumat, 9 Agt. 2024




Masih Disini

Aku masih di sini
antara sunyi sepi, 
sendiri
Gerimis menetes sukma, terkebiri
Sampai kepastian tidak bisa dinanti
 cukuplah sampai di sini
khayalku terkelupas berberai, tercabik

Biarlah.... 
Cukupkan kesombonganmu
dan tancapkan kuku hitammu hingga muncrat darah, bernanah dan amisnya tumpah di rautmu
Sedangkan keadilanNya tiada pernah menelikung takdir hambanya.





Di Hatiku Selalu Ada Setiamu

Dik!
Ijinkan aku bertutur
Di kegalauan yang tak kunjung menepi
Sebab semenjak denyut nadiku dan nadimu merekat
Serta usil jemariku menelusup di bawah tetek 
merindingkan bulu kudukku
Terkabur tatapan mataku pada sekeliling ruang hatimu
Lembut rona pipimu membalut rona setiamu 
Sejuk  guraumu terlukis di susunan paduan bibir dan geligimu

Dik!
Dengus nafasku yang semula tertahan saat menelusup dikedinginan malam dan temaram cahya rembulan
Kini lepas tak menyesakkan dadaku
Butiran kristal pilu lebur bersama hasrat syahwatku
Merangkul seluruh desah yang lama aku tunggu
Dalam asa selalu kamu janjikan berpadu lekatkan lidah terkulum dalam lipatan bibirmu

Dik!
aku sayang padamu
Itu pertanda  kasih sayangNya telah kamu dapatkan
Lewat hembusan angin malam yang meniti tipis dikehalusan lamunan asmaraku
Cumbumu begitu lirih 
Hingga seekor semutpun enggan berbalik menjemput asa  bersama hembussn nafasku

Jika nanti asaku bergayut dan rebah di permadani arasyNya
Tak kan kubiarkan kamu terbang melesat tanpa sayap kepastian
Dan akan kutengadahkan kekar  jari tanganku
Dan gelegar suaraku akan menembus, membahana ke seantero jagat mayapada
Hingga kilatan cahaya di sana
Tak akan lagi mampu pindahkan mendung yang tegak diperaduannya

Dik!
Lunglai sudah egoku
Tertatih merangkak berbalur Rahman dan RahimNya
Seakan garang itu laksana tisue  berwudlu di air keabadian
Pasrah dengan nasib, tak mampu membuka goresan luka keangkuhan

Sumenep, 22 November 2025

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 4505853804636259359

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi


 

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Banner untuk Anda

Banner untuk Anda
Anda punya rencana kegiatan yang mau dipublikasikan dalam bentuk banner? Kegiatan apapun, silakan kirim lewat email penulisrulis@gmail.com, dan akan kami terbitkan di halaman ini. Gratis

Budaya Madura

Budaya Madura
Budaya kesukuan menjadi identitas pembeda sekaligus penopang kelanggengan suatu suku. Ia merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki bersama, dan diwariskan antargenerasi. Budaya terbentuk dari berbagai unsur—mulai agama, politik, adat, bahasa, hingga perkakas, pakaian, bangunan, dan seni. Selengkapkan klik gambar dan ikuti tulisan bersambung

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Relaksasi


 


 

Jadwal Sholat

item
close