Puisi-Puisi: Dendi a.p
Dendi a.p berasal dari Pakong, Pamekasan yang sedang mengabdi di PPA. Lubang Utara dan bermukim di komplek LBQK (Lembaga Bimbingan Qira’atul Kutub) kini masih mencari jati dirinya di lembaran malam.
Lingkaran Keramaian
Kududuk di antara kerumunan
Sambil menatap bayang-bayang
Angin menyapa remang
Ubun-ubun di penuhi fikiran gamang.
Ku ingin keadaan menjadi hening
Tanpa riuh dan keramaian
Kelopak mataku meraba budak batu
Dan sengkol di bawah alisnya.
Air menyelimuti bumi kering
Pantulan hujan menyapa kayu
Rembulan hilang menyembah malam
Sampai mataku terlelap bungkam.
Pamekasan Pakong,2025
Mengingat Kampung Halaman
Duduk di antara kesunyian
Sinar bulan menyinari jalan gelap
Bayangan menyapa jiwa
Aku bersandar pada tabir.
Meraba pagar besi
Sebuah pena di jemariku
Sambil mengingat peristiwa kelam
Yang hampir membuatku menyerah.
Ku kirimkan surat untuk tuhan
Tak sampai pada kampung halaman
Ku ingin pulang
Untuk mencari apa peristiwa itu?
Pamekasan Pakong,2025
Pagi
Embun menyelimuti daun
Aku duduk di gubuk kayu
Sambil menyeduh secangkir kopi
Suana pagi begitu hening.
Saat kelopak mataku yang baru terbangun
Melihat pagi yang cerah
Matahari mencium mataku
Langit tak berkabar apapun hari ini.
Pamekasan Pakong,2025
Sajak Malam Hari
Malam menyapaku
Menatap langit tanpa kebiruan
Yang menumpahkan sajak berserakan.
Pamekasan Pakong,2025
Cerobong Asap
Bau yang begitu menyengat
Barasan dari cerobong asap
Bau itu menyelinap pada jalan hidung
Hingga hidung lupa ingatan.
Asap itu memakan terangnya bulan
Malam tanpa kelam
Dan bintang hitang bersama keadaan.
Pamekasan Pakong,2025
Jejak Desa
Ku rangkul tanah sunyi
Ilalang menyapa mata
Awan bersahabat dengan hujan
Keraguan pada jalan pulang.
Berjalan menyusuri tangga pagi
Merangkul asap rokok
Ketenangan pada kalbu
Melintasi apa arti kehidupan.
Angin menyelimuti jantug pepohonan
Meratapi matahari yang mulai singgah
Dan duduk di antara bundaran ilmu.
Dingin dan ingin
Di atas kabut
Embun menutupi raga dedaunan.
Hidungku tersumbat paku
Kelopak mata menatap ruh-ruh insane
Berjalan mengikuti jejak ramai
Dan irama yang bergelantungan.
Pamekasan Pakong,2025
Kitab pagi Hari
Pagi hari
Bacaan kitab ku lantunkan dengan keras
Cuaca pagi begitu dingin
Diiringi alunan angin.
Suara burung berkicawan
Sangat merdu di telinga yang ku dengar
Ranting – ranting pepohonan
Jatuh berdenting di tanah kematian.
Daun
Gugur dengan pelan
Jatuh menyapa tanah
Sambil ku nyanyikan lagu kesedihan.
Pamekasan Pakong,2025





