Puisi-Puisi Moh. Wadhif a


Moh. Wadhif a
adalah salah satu santri aktif PPA. Lubtara yang sedang berkelana mencari jati dirinya di Buhairoh Arabiyah, sekaligus pustakawan Lubangsa Utara



Pagi

Menjadi saksi atas kepulanganku
Pada rindu yang tak sanggup membisu
Kemana arah angin tiba
Ia senantiasa mengikut entah kemana.

Ranting yang dibasahi embun
satu persatu jatuh
menimpa kerikil dan menyalahinya.

Pagi sekarang sudah tak sama
Aku merindu, tiada sambutan,
Aku berkata, tiada pendengar,
Semua jatuh pada lelapnya lahar kantuk.

lubtara 25’



Tinggalmu

Waktu membolak-balik kalender
Seakan punggung tanganku
tak sempat bersandar pada deretan buku,
Mencumbui rasa malu

Kulihat kau ambil ranting kemarin
Kau patahkan tak menganggap itu mainan
Bergeming pada gemuruh
Lebur bersama kerikil yang lusuh

Kali ini awan menjadi saksi bisumu
Bersama embun engkau termenung
Menitikkan air mata
Menganggap sungai tak ada keruhnya

Kau terlihat menjelma ilalang
Yang merunduk sejak baru dilahirkan
Namun kau itu mainan
Yang usang sebab lama ditinggalkan

Lubtara 25’



Ku Ingin Engkau Bangkit

Ku tatap relung tubuhmu,
Yang mulai bergetar
Dengan timbunan permasalahan
Yang tak punya persinggahan

Tubuhmu tak sehebat dulu
Yang merangkul jenuh
Merangkak di tengah altar kekuasaan
Menghaluskan keputusasaan

Kini hebatmu mulai pudar
Diganti malas dan ketamakan
Pada suara yang mulai parau
Oleh sabda kebohongan

Ingin ku harap engkau kembali seperti dulu
Merajut kain biru
Untuk masa depan yang baru
Demi mencipta lubtara emasku

Lubtara ‘25



Untukmu I

Memandangmu membuat mataku buta
Pada apa yang lebih baik
Dari ranum bulan sabit
Hingga ku tersesat
Pada jalan pikiran yang
merengkuh segala pemandangan
Membeku ditengah tatapan rasa nyaman

Lubtara 25’




Untukmu II

Menemanimu adalah rongga penerang
Bagiku yang seakan buta jalan pulang
Menjumpai cahaya yang indah
Dalam khayal rasa aman.

Menemanimu membuatku lupa waktu
Yang setiap detiknya tak luput
Menghirup harum parfummu,
Menggerutu saja tak cukup
Merapal gelisah rasa suka yang tertuju
Padamu sang penerang dunia fana.

Mushalla 25’



Untuk (Si)Apa?

Ku coret kertas kosong ini
Dengan sebingkai metafora
Yang melentur 
Menusuk pada jiwa.

Detak jarum jam yang terus berkelana
Meninggalkan usai pada ikatan yang sempurna
Sekaligus menjadi saksi
Atas selesainya surat kecil ini.

Ku ucap terimakasih dalam lembar ini
Yang menyampaikanku pada batas metafora suci
Merangkul sakralnya bahasa alam
Dengan seniman batu khayalan.

Mushalla 25’



Malammu; Bukan Waktumu

Ku lihat kau kelelahan
Layaknya seorang pedagang
yang mengusir peluh
dalam kantuk yang tak kalah 
Mengeluh.

Kau tertunduk sunyi
Seakan semua sepi
Dari seraknya suara parau
Pada mimpi yang engkau dambakan.

Kau pun tertidur pulas
Tak berfikir entah dimana engkau berada
Menghiraukan ramai sabda gemilang
Jatuh dalam dermaga ilusi malam.

Mushalla 25’

.


Pilihan

Tulisan terkait

Utama 2496939091052363697

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi


 

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Banner untuk Anda

Banner untuk Anda
Anda punya rencana kegiatan yang mau dipublikasikan dalam bentuk banner? Kegiatan apapun, silakan kirim lewat email penulisrulis@gmail.com, dan akan kami terbitkan di halaman ini. Gratis

Workshop Baca Puisi Bagi Guru

Workshop Baca Puisi Bagi Guru
Selengkapnya klik gambar

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Relaksasi


 


 

Jadwal Sholat

item
close