Sajak-Sajak M. Lailul Mubarok
M. Lailul Mubarok merupakan santri aktif PPA. Lubangsa Utara dan bermukim di komplek LBQK (Lembaga Bimbingan Qira’atil Kutub) dan Siswa Aktif MA Tahfidz Annuqayah.
***
Surat Rindu Pada Adinda
Kupersembahkan surat ini
Dengan sepenuh hati yang kentara
Telah lama kutuliskan namamu dalam bingkai sketsa malam
Dan keambiguan yang melahap waktu sedang.
Surat rindu padamu wahai adinda
Terimalah surat kecil ini
Sebagai hadiah kecil
Serupa bait puisi
Dipelataran masa lalu.
Duhai adinda…
Apakah kamu sudi menerima surat kecil ini
Yang sempat kutafsir ditempat sunyi
Dan sengaja kubuat dengan halusinasi mengingatmu.
Lubtara, 2025
Malam Yang Ambigu
Sengaja kurangkai selembar puisi
Hanya untukmu adinda.
Puisi ini
Kupersembahkan padamu yang jauh disana
Yang sampai saat ini terus menjadi boomerang dalam sepi.
Lubtara, 2025
Seremonial Pagi
Di pagi yang cerah ini
Kutinggal kembali senyumanmu
Yang begitu manis untuk ditatap
Dan kurajut berupa bait puisi
Dengan sepenggal tubuh yang hilang di amperan ladang.
Lubtara, 2025
Mengeja Kata Lewar Syair Cinta
Kueja sebuah kata-kata
yang menyerat tanda cinta.
Dimalam ini
Kau sengaja mengintai hati
Seperi embun
Yang mengintai dedaunan
Dan sempat kuterima
Dengan bait puisi
Yang nurani.
Lubtara, 2025
Mati Suri
Kini ragaku masih setia kembali
Dengan penuh industi
Yamg ku rajut berupa bait puisi.
Di subuh ini
Semua ruh telah kembali
Dari mati suri
Yang kekal menjejak diri
Ia mengaji melantunkan firman
Untuk mengingat sang ilahi sutradara zaman.
Lubtara, 2025
Selembar Kisah
Di selembar pertama
Kubaca sebuah kata cinta
Yang tak senagaja ku eja
Dengan hati lpang dada
Di selembar selanjutnya
Adalah tanda
Bahwa kita akan bersama, selamanya.
Lubtara, 2025
Cakrawala Mengembara
Jutaan debu berterbangan
Pada sebuah gelombang
Yang tak bisa ku genggam
Dengan cahaya telanjang yang memajang.
Cakrawala telah mengembara
Bahwa matahari telah mengepakkan sayapnya
Di halaman mulia ini
Perhitungan tanggal sejarah.
Lubtara, 2025
Sejarah Kisah
Pancuran air telah berenang
Di tengah tengah terdapat daun ketapang
Di pinggir tercipta jutaan ranting.
Suara air yang cerah
Kerinduan melainkan kisah
Menerangi semua sejarah
Diamperan rumah penuh resah.
Lubtara, 2025
Perihal Jalan Pulang
Di malam yang membawa dingin
Ada sebuah embun
Yang membasahi dedaunan.
Di sebuah desa yang sunyi
Kau telah menyelimuti kegamangan hati
Pada malam yang setia menerangi
Di halaman kerinduan nestapa ini.
Di jalanan pepohonan yang rindang
Ada bayang bayang
Yang tak sengaja kukisahkan
Sebelum mencatat kepergian
Perihal jalan pulang.
Lubtara,2025