Sajak-sajak Saiful Bahri, PPA Lubangsa Utara
https://www.rumahliterasi.org/2025/06/sajak-sajak-saiful-bahri-ppa-lubangsa.html
Saiful Bahri asal desa Montorna, Kecamatan Pasongsonga, Sumenep, kini sedang mengabdi di Ponpes Annuqayah Lubangsa Utara, di Kecamatan Guluk-guluk Sumene. Sekarang aktif menulis di komunitas Laskar Pena Lubtara, dan menjabat sebagai pengurus perpustakaan Lubangsa Utara
Tanah kelahiran
Kucoba berkelana
Kenegeri seberang sana!
Tak ada tempatku berteduh
Dari gerimis hujan
Yang menyirami tubuh dengan peluh
Belum sempat kuberlabuh
Ringkih tubuhku tak bisa kutempuh
Penat mulai mengejar tubuhku
Luka-luka membentuk pulau
Yang cukup aku kenal, tanah kelahiran.
Reguler25
Idul Adha
Suara takbir menggema
Memuji syukurpada sang maha kuasa
Anak-anak bergembira
Berpesta ria menyambut idul adha
Ya Alah!
Berilah hamba umur yang panjang
Agar hamba berkurban berulang-ulang
Amin.
Rumah sastra25
Anak Sawah
Akulah anak sawah!
Yang tumbuh dari ibu jerami
Saban waktu, kuberteduh
Dibawah terik matahari
Saat hujan berlabuh
Diatas helaian jerami lusuh
Congkak tubuhku tunduk
Akan angin yang terkutuk
Lihatlah, tubuhku merekah!
Dengan batang-batang tak bertuah
Beribu mimpi sempat kutanam
Pada angan-angan yang ingin terbenam.
Lubtara25
Ibu
ku rakit sajak ini
pada celah tanganmu
disepanjang sentuhan do’a bibirmu!
Keriput matamu seakan bernostalgia
Di balik tabir senyum kecut tubuhmu ibu!
Dibawah telapak kakimu,
Kutitipkan kerontang tubuhku
Tuk kau rajut didalam bisikan takbirmu
Hingga mengalir deras dengan air mata
Yang menjadikannya permata surga.
Reguler 25
Asa
Meskipun nyawa tinggal sejengkal
Kerontang tubuhku rancu
Pada asa bukan lagi kedengkian
Yang mesti kupadamkan
Tangis riuh bersahut sahutan
Meski hanya bayang bayang
Yang lupa akan ingatan
Hingga akhirnya maut pun menanti
Diambang kematian
Yang tak pernah terpisahkan.
Reguler25
Sajak Waktu
Waktu mulai berlalu
Dibawah selaksa rindu
Terpampang salammu
Yang terbakar bersama abu
Ketika napas menderu
Suara bising semakin riang dikepala
Tak ada waktu yang tersisa
Hanya air mata menitik berat kosa kata
Belum sempat ku hitung
Nyala rintih mulai berkabung
Ketika kueja getir tubuhku
Panas tungku sampai hangus tubuhku.
Reguler25
Sunyi
Malam mulai larut
Berkecimpung pada aliran sunyi
Carut marut dalam gelap selimut
Aku harus kesini lagi
Biarlah angin menerka tubuhku
Tercerai berai akan sempitnya ruang waktu
Menghamba diri
Dari pedihnya dunia ini
Ah! Hanya sesal
Yang terus bertalu-talu
Dibalik bayangan sembilu
Luka membiru akan asal
Yang membeku disitu!
Reguler 040625
Maju
Mari kawan,
Kita bukan pecundang
Yang hidup dibalik bayang-bayang
Tak perlu gentar,
Hidup kian sebentar
Maju…!
Bersama-sama mengayun pedang
Dinegeri yang terang benderang.
Pilihan