Jejak Kemegahan Sejarah di Ujung Timur Madura

Labang Mesem adalah nama pintu gerbang utama Keraton Sumenep Di ujung timur Pulau Madura terbentang sebuah kabupaten dengan catatan sejarah ...

Labang Mesem adalah nama pintu gerbang utama Keraton Sumenep
Di ujung timur Pulau Madura terbentang sebuah kabupaten dengan catatan sejarah yang panjang dan sarat makna: Sumenep. Nama “Sumenep” sendiri tampaknya berasal dari versi kuno “Songennep” — dari kata song (relung, cekungan) dan ennep (tenang) — yang dapat diartikan sebagai “cekungan yang tenang”.

Penetapan hari jadi Kabupaten Sumenep secara resmi merujuk pada tanggal 31 Oktober 1269, saat Aria Wiraraja diangkat sebagai Adipati Sumenep oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari. Dengan demikian, ketika kini Sumenep menginjak usia ke-756, kita sedang menyaksikan lapisan sejarah yang mengalir melalui waktu, mengukir budaya, pemerintahan, dan kehidupan masyarakat — dari masa Kerajaan, Kolonial, hingga Republik.

Awal Kekuasaan & Kerajaan

Ketika Aria Wiraraja duduk sebagai penguasa di wilayah Madura Timur pada 1269, Sumenep sudah mulai menapak sebagai pusat pemerintahan penting di Pulau Madura. Dalam dokumen sejarah disebutkan bahwa ia memimpin sebagai adipati di bawah kekuasaan Singhasari dan kemudian dalam dinamika yang lebih luas di bawah Majapahit.

Pada masa-masa awal itu, Sumenep belumlah berdiri sebagai kerajaan yang benar-benar lepas, melainkan sebagai kadipaten yang terkait dengan kekuasaan Jawa. Namun kedudukannya sebagai wilayah yang memiliki otonomi lokal semacam itu sudah menjadikannya pusat perhatian di Madura — “kiblat pemerintahan sekaligus budaya” Madura Timur.

Pada fase ini juga kita melihat perpindahan lokasi istana (keraton) secara bertahap: mulai Desa Banasare, Desa Tanjung (Saronggi), Desa Keles (Ambunten), Bukabu, Baragung, hingga akhirnya ke lokasi yang sekarang dikenal sebagai Kota Sumenep.

Masa Kejayaan Keraton & Dinasti Lokal

Memasuki abad ke-16 hingga ke-18, Sumenep semakin mencatatkan diri sebagai kerajaan yang tumbuh dalam dinamika politik lokal dan interaksi dengan kekuasaan besar. Sebagai contoh, ketika penguasa Tumenggung Kanduruhan mengambil alih, wilayah Sumenep berada di bawah pengaruh Kerajaan Demak, kemudian Kerajaan Mataram.

Dalam fase ini, dinasti-dinasti lokal mulai menunjukkan kekhasan mereka, memperkuat pemerintahan inti keraton, membangun masjid-masjid, menegakkan adat dan hukum lokal, serta memperluas wilayah hingga gugusan pulau di timur Madura. Salah satu bukti arsitektural penting adalah Masjid Agung Sumenep yang dibangun pada 1779–1787 dalam kompleks keraton Sumenep dengan pengaruh gaya Jawa, Tionghoa, dan Barat.

Kerajaan Sumenep hidup dengan struktur yang mencerminkan kekuasaan raja, tata adat, hingga sistem sosial yang khas Madura — misalnya kehadiran bahasa krama, hubungan antara raja dan rakyat lewat istilah-istilah tradisional.

Masa Kolonial dan Perubahan Besar

Ketika kekuasaan kolonial mulai merangkak masuk ke Madura, Sumenep pun mengalami transformasi — dari kerajaan feodal menuju sistem pemerintahan yang lebih terstruktur dalam lembaga kolonial. Di masa ini, keraton-keraton lokal tetap ada, namun kekuasaan tradisional semakin ditekan oleh tangan asing dan sistem baru.

Misalnya, banyak sumber yang menyebut bahwa pada abad ke-17 terjadi invasi dari Kerajaan Mataram ke Madura, yang kemudian berdampak pada struktur kekuasaan Sumenep.

Meski demikian, Sumenep mempertahankan jati dirinya: adat, religi, budaya keraton tetap ada dan menjadi warisan yang kaya. Bangunan-bangunan seperti Masjid Sokambang — dibangun oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I (1811–1854) — adalah saksi bisu kejayaan masa lampau yang masih berdiri hingga hari ini.

Menuju Era Republik dan Modernisasi

Dengan kemerdekaan Indonesia, Sumenep bergeser dari wilayah keraton menuju kabupaten modern dalam sistem negara republik. Pemerintahan bergeser dari raja-raja ke bupati, dari adat ke regulasi formal. Profil Kab. Sumenep menyebut bahwa telah ada 35 raja sebelum era bupati dimulai.

Di era modern, Sumenep menghadapi tantangan pembangunan: infrastruktur, pemajuan ekonomi lokal, integrasi pulau-pulau kecil dalam wilayahnya, serta menjaga kelestarian budaya. Kota tua, keraton, masjid kuno, hingga rumah adat — semuanya menjadi bagian dari identitas yang terus dipertahankan.

Di samping itu, Sumenep juga dijuluki “The Soul of Madura” karena peranannya yang sentral dalam kebudayaan Madura — sebagai titik temu adat, agama, dan sejarah panjang yang tak terpisahkan dari Pulau Madura.

Warisan Budaya dan Dinamika Sosial Hari Ini

Warisan Kerajaan Sumenep bukan hanya fisik (keraton, masjid, makam-raja) tetapi juga sosial-kultural: tradisi, bahasa, adat istiadat, dan nilai kemasyarakatan. Tradisi “on dagan” dan “ondagga” dalam tata krama antara penguasa dan rakyat misalnya — mencerminkan struktur sosial masa lampau yang hingga kini menjadi bagian dari narasi lokal. sumenepkab.go.id

Kompleks makam raja-raja di Asta Tinggi adalah tarikan ziarah penting yang juga menghubungkan masa lalu dan masa kini masyarakat Sumenep. NU Online Jawa Timur

Dari sisi ekonomi dan sosial, Sumenep hari ini menghadapi tantangan mengangkat kesejahteraan masyarakat di pulau-pulau kecil, menghubungkan wilayah terpencil, menjaga keadilan sosial, dan memastikan bahwa pembangunan tidak hanya berpusat di kota tetapi juga merata.

Tantangan & Harapan untuk Masa Depan

Sebagai sebuah daerah yang sudah berusia 756 tahun, Sumenep memiliki modal sejarah yang kuat — namun juga beban besar untuk memaknainya. Tantangan yang dihadapi antara lain:

  • Menjaga keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian budaya: membangun infrastrukur tanpa menghapus nilai-nilai tradisional.
  • Menegakkan keadilan sosial: memastikan akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi bagi masyarakat luas, terutama di pulau-pulau terpencil.
  • Memperkuat penegakan hukum dan tata pemerintahan yang baik—mengingat sejarah panjang struktur feodal dan kekuasaan tradisional yang sulit diubah sepenuhnya.
  • Mengangkat derajat daerah dengan menciptakan iklim investasi, pariwisata budaya, dan ekonomi kreatif tanpa mengeksploitasi budaya sebagai komoditas semata.

Namun demikian, harapan itu sangat nyata. Dengan akar sejarah yang dalam, Sumenep memiliki potensi besar: budaya yang kaya, lokasi strategis di timur Madura, masyarakat yang memiliki identitas kuat. Jika dikelola dengan visi ke depan — pemerintahan yang adil, kesejahteraan yang merata, penghormatan terhadap kondisi sosial rakyat — maka Sumenep bisa menjadi contoh bagaimana daerah dengan warisan lama bisa melangkah ke masa depan tanpa kehilangan jati dirinya.

Menyambut Lompatan Baru

Hari jadi ke-756 ini bukan sekadar peringatan angka. Ia adalah momen untuk melihat ke belakang dengan rasa syukur, memandang ke depan dengan harapan, dan bergerak bersama dengan tanggung jawab. Dari lembah yang tenang (Songennep) hingga kabupaten yang bergerak menuju kemajuan — Sumenep adalah cerita panjang tentang manusia, kerajaan, perjuangan, adat, dan masa depan.

Semoga impulse dari masa lampau — keagungan keraton, semangat rakyat Madura, nilai keadaban — bisa menjadi pondasi kokoh bagi Sumenep untuk membuka babak baru: era keadilan, kesejahteraan, perhatian sosial, penegakan hukum yang berbasis etika, dan pengangkatan derajat daerah sebagai bagian penting bangsa Indonesia.

Selamat ulang tahun ke-756, Sumenep. Semoga tiap langkah ke depan membawa makna, tiap pembangunan menyentuh hati rakyat, dan tiap warisan dijaga agar generasi mendatang bisa berkata: “Kami tahu siapa kita, dan kami bangga melangkah.”

(Rulis, dirangkum dari beberapa sumber)

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 6237456482430979768

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi


 

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA
Info selengkapnya, klik gambar

Relaksasi


 


 

Jadwal Sholat

item
close