Guru: Digugu, Ditiru, dan Menuntun Kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan “guru adalah digugu dan ditiru”. Pepatah sederhana ini memiliki makna yang sangat dalam. Digugu berarti dipercaya, sedangkan ditiru berarti dijadikan teladan. Artinya, seorang guru bukan hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga memberikan contoh nyata tentang bagaimana seseorang seharusnya bersikap, bertindak, dan menjalani kehidupan. Guru bukan hanya jabatan, tetapi sebuah peran yang menyentuh sisi intelektual, emosional, dan moral seorang anak.
Dalam dunia pendidikan, guru disebut sebagai pendidik profesional. Tugas mereka tidak hanya mengajar di depan kelas, tetapi juga membimbing, membina karakter, dan memastikan setiap peserta didik dapat memahami pelajaran dengan baik. Namun, jika kita memperluas maknanya, guru sebenarnya adalah siapa saja yang pernah mengajarkan sesuatu—baik itu orang tua, teman, tokoh agama, bahkan pengalaman hidup. Namun esai ini berfokus pada sosok guru di sekolah, yang keberadaannya sangat penting dan tak tergantikan, terutama dalam proses membentuk masa depan generasi bangsa.
Peran Guru dalam Kehidupan Siswa
Seorang guru adalah sosok yang hadir hampir setiap hari dalam kehidupan anak-anak. Bahkan terkadang, anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan gurunya daripada dengan orang tuanya. Karena itu, pengaruh seorang guru sangat besar, baik dalam hal akademik maupun kepribadian.
Guru bukan hanya orang yang memberikan informasi, tetapi juga orang yang membangun cara berpikir. Ketika seorang guru mengajarkan matematika, misalnya, yang sebenarnya ia latih bukan hanya kemampuan menghitung, tetapi kemampuan bernalar, memecahkan masalah, dan berpikir sistematis. Ketika guru mengajarkan olahraga, yang dibentuk bukan hanya fisik, tetapi juga ketekunan, kerja sama, dan sportivitas. Saat guru mengajarkan seni, anak-anak belajar merasakan keindahan, mengekspresikan diri, dan menghargai karya orang lain.
Lebih jauh lagi, guru adalah orang yang sering kali mampu melihat potensi siswa sebelum siswa itu sendiri mengetahuinya. Tidak sedikit kisah tentang anak yang awalnya tidak percaya diri, kemudian berubah menjadi berprestasi karena ada guru yang memotivasinya dengan kalimat sederhana: “Kamu bisa. Coba lagi.” Kalimat pendek itu dapat mengubah jalan hidup seseorang.
Guru sebagai Pembentuk Karakter
Pendidikan sejati tidak hanya membentuk kecerdasan, tetapi juga membentuk sikap dan akhlak. Dan di sini, peran guru sangat besar. Guru menjadi pembimbing moral yang membantu anak membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Guru mengajarkan kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, dan kepedulian sosial.
Bayangkan seorang anak yang selalu datang terlambat. Seorang guru mungkin menegurnya, tetapi sejatinya yang diajarkan adalah nilai disiplin. Ketika guru memberi tugas kelompok, yang dia tanamkan adalah kerja sama. Ketika guru memuji usaha siswa meskipun nilainya masih belum baik, ia sebenarnya menanamkan nilai ketekunan.
Banyak anak mengingat nasihat guru lebih lama daripada isi pelajaran. Kadang nasihat itu sederhana, seperti “jangan putus asa” atau “kerjakan apa yang kamu bisa hari ini, jangan tunggu besok,” tetapi kata-kata itu mampir di hati siswa hingga dewasa. Di masa depan, ketika siswa menghadapi kesulitan hidup, sering kali mereka mengingat kata-kata guru yang dulu terasa biasa tetapi ternyata begitu bermakna.
Guru sebagai Penghubung Pengetahuan dan Kehidupan
Ilmu pengetahuan sering terasa abstrak bagi siswa. Angka-angka, istilah ilmiah, dan teori-teori mungkin terasa jauh dari kehidupan nyata. Di sinilah guru berperan sebagai jembatan antara teori dan kenyataan. Guru membuat ilmu menjadi hidup, dekat, dan mudah dipahami.
Seorang guru fisika mungkin menjelaskan gaya gravitasi lewat permainan sederhana. Guru biologi mengajak siswa mengamati makhluk hidup di lingkungan sekitar. Guru sejarah membuat masa lalu terasa nyata lewat cerita-cerita menarik. Guru ekonomi menghubungkan teori permintaan dan penawaran dengan peristiwa di pasar tradisional.
Guru menjadikan pelajaran relevan. Siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami. Tidak sekadar tahu, tetapi mampu menerapkan. Dari sini seorang anak dapat melihat bahwa belajar bukan hanya untuk ujian, tetapi untuk hidup.
Tantangan yang Dihadapi Guru
Di balik peran mulianya, guru juga menghadapi berbagai tantangan. Dunia pendidikan terus berubah. Teknologi berkembang pesat. Kurikulum selalu diperbarui. Karakter siswa zaman sekarang berbeda dari zaman dulu. Tantangan sosial juga makin kompleks.
Seorang guru harus terus belajar agar tidak tertinggal. Ia harus belajar teknologi, strategi mengajar baru, cara berkomunikasi yang efektif, dan cara memahami kebutuhan psikologis siswa. Tidak mudah mengajar di kelas yang heterogen: ada siswa yang lambat menangkap pelajaran, ada yang sangat cepat, ada yang pendiam, ada yang terlalu aktif. Guru harus menyesuaikan pendekatan agar semua anak mendapat kesempatan berkembang.
Selain itu, guru sering dihadapkan pada beban administrasi yang tidak sedikit. Mereka mengisi laporan, membuat rencana pembelajaran, menilai tugas, dan menghadiri berbagai kegiatan sekolah. Namun meskipun sibuk, mereka tetap harus hadir sebagai figur teladan yang sabar, ramah, dan peduli.
Tantangan lainnya adalah masalah emosional. Guru bukan hanya mengajar materi, tetapi sering menjadi tempat curhat siswa. Ada siswa yang datang dengan masalah keluarga, ada yang tidak percaya diri, ada yang dibully teman, dan guru harus mampu menenangkan sekaligus memberi nasihat yang tepat. Banyak guru yang pulang ke rumah membawa beban pikiran tentang anak-anak yang diajarnya.
Namun, meski semua tantangan itu berat, para guru tetap menjalani profesinya dengan kesabaran, keikhlasan, dan dedikasi.
Guru dalam Kacamata Masyarakat
Banyak orang sepakat bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Akan tetapi, penghargaan masyarakat kadang tidak selalu sebanding dengan beban tanggung jawab yang mereka pikul. Guru sering kali dianggap hanya “mengajar”. Padahal tugas mereka jauh lebih luas.
Meski demikian, dari waktu ke waktu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya guru mulai meningkat. Banyak orang tua kini lebih menghargai peran guru, apalagi setelah menyadari betapa sulitnya mengajar anak sendiri. Perubahan pola pendidikan menyadarkan masyarakat bahwa guru bukan hanya penyampai materi, tetapi juga arsitek karakter bangsa.
Penghargaan kepada guru tidak harus selalu berupa hadiah atau ucapan. Sikap sederhana seperti menghormati, mendukung kebijakan sekolah, membantu anak mengikuti proses belajar, dan menjaga komunikasi dengan guru sudah menunjukkan penghormatan yang besar.
Guru dan Masa Depan Bangsa
Ada pepatah yang mengatakan: “Kalau ingin melihat masa depan sebuah bangsa, lihatlah bagaimana guru-gurunya dihormati dan bagaimana pendidikan dijalankan.”
Guru memegang peran penting dalam menentukan kualitas generasi mendatang. Mereka menanamkan nilai, membentuk karakter, dan menyalakan semangat belajar. Anak-anak yang dibimbing dengan baik akan tumbuh menjadi manusia yang berpengetahuan, bertanggung jawab, dan memiliki moral yang kuat. Dari tangan para gurulah lahir dokter, insinyur, petani modern, pemimpin, penulis, dan berbagai profesi penting lainnya.
Guru adalah pondasi. Tanpa pondasi yang kuat, bangunan apa pun akan mudah runtuh. Begitu pula bangsa tanpa guru yang berkualitas dan dihargai.
Makna Ungkapan “Digugu dan Ditiru”
Ungkapan “guru digugu dan ditiru” bukan sekadar slogan. Ini adalah standar moral yang tinggi. Digugu berarti guru harus dapat dipercaya. Ucapannya harus benar, sikapnya jujur, dan keputusannya bijak. Siswa percaya bahwa apa yang guru sampaikan adalah sesuatu yang perlu dipegang.
Ditiru berarti guru menjadi contoh. Setiap tindakan guru akan dilihat oleh siswa—bahkan hal kecil seperti cara berbicara, berpakaian, atau merespons masalah. Keteladanan lebih kuat daripada kata-kata. Banyak siswa meniru kebiasaan gurunya tanpa disadari. Inilah kekuatan seorang guru.
Karena itu, guru selalu berusaha menjaga diri. Tidak mudah, tetapi sangat mulia.
Kesimpulan: Guru Menuntun Jalan, Bukan Menentukan Tujuan
Guru bukan penentu masa depan anak, tetapi penuntun jalan. Mereka ibarat lentera yang menerangi langkah agar anak tidak tersesat. Mereka memberikan ilmu, nilai, dan harapan. Namun pada akhirnya, anaklah yang memilih jalan yang ingin ditempuh.
Seorang guru mungkin tidak selalu diingat semua muridnya. Tetapi setiap murid pasti membawa sedikit cahaya dari guru-gurunya, yang suatu hari akan menerangi langkah hidupnya. Guru mengubah masa depan, tidak hanya dengan ilmu, tetapi dengan kasih sayang dan ketulusan.
Di akhir seluruh perjalanan panjang ini, kita bisa memahami bahwa menjadi guru bukan sekadar profesi. Mereka adalah penjaga peradaban, pembentuk karakter, dan pemandu kehidupa
(Rulis dari beberapa sumber)
SELAMAT HARI GURU NASIONAL 2025
25 NOVERMBER 2025
Pilihan





