Puisi-puisi Kenangan Kholilurrahman
Kholilurrahman merupakan santri aktif PPA. Lubangsa Utara, yang sedang bermukim di Komplek LBQK (Lembaga Bimbingan Qiraatul Kutub) sekaligus anak Asuh Sanggar Sabda dan kini masih mencari kegagalan di dalam sastra
*****
Kenangan
Embun menampakkan kelembutannya
Sembari mata melawannya
Tanah menyapaku,
cahaya menyelimuti dunia
desir angin ditemani burung menari
teringat kenangan hari itu
yang tak kunjung padam.
Angin menghantam kenyamanan,
fikiran, ingin menari
lalu usai pergi.
LBQK, 2025
Sujud
Cahaya mulai menampakkan keningnya
Di balik pohon separuh cahaya
Harapan di terbangkan ke istana
Sembari sujudku hari itu
Padamu maha kuasa.
O, Tuhan
Wujudkanlah setiap sujudku
Meski tak harus bagiku
Zikir selalu di terbangkan
Setiap tepat separuh malam.
Tulislah di lembar nasib
Akan selalu ku kaji
Meskipun mustahil di mengerti.
LBQK, 2025
Senja
Hujan mulai reda
Serpihan debu mulai bangkit
Di sahabati burung melingkar
Yang menghiasi cakrawala
Meski tak akan.
Senja
Begitu indah
Sembari wajahmu
Menghiasi alam
Yang redup akan keindahan.
LBQK, 2025
Liang Samudra
Sunyidalam fikiran
Rasa gelisah terus menemani
Keringat membasahi lengkung kehidupan
Yang kini akan menyeluruh
Keliang lahat.
Langit sedang bersemedi
Meski di sapa
Oleh derasnya ombak
Akan kehidupan.
Bunga layu melihatnya
Di terba angin sekarat
Yang terbit dari keikhlasan.
LBQK, 2025
Halaman dan Tempat Baru
Rumah tua itu
Telah terbakar dalam kenafsuan
Hangus menjadi
Segumpal kebencian tanpa sunyi.
Tempat baru ini
Akan menjadi singgasana
Se ekor lebah mempunyai nafsu
Terhadap madu.
Halaman yang hancur ini
Kini makin tenggelam
Dalam kenispaan.
LBQK, 2025
Pagi
Burung bernyanyi
Di sahabati mentari
Menari dengan seoaruh tubuhnya.
Embun mulai pergi
Dengan adanya cahaya
Penuh harapan cinta.
Angin berliup
Ke arah timur.
Api menelan kehausan
Sembari bunga menyembahnya.
LBQK, 2025
Mentari Yang Malu
Mata mulai merangkak
Sembari se tetes air menyapanya.
Kini yasin di lantunkan
Dengan khitmat
Meratapi begitu resah
Dengan pesonamu yang begitu indah.
Burung telah bermain bersama angin
Dan embun bersemayam dengan bumi.
LBQK, 2025
Mentari Nan Bunga
Belahan matahari
Menusuk halaman punggung
Yang terus menyiksa
Kulit serta lapisannya.
Seorang petani kian gembira
Menyapa lamunannya
Sembari bersandar, pada
Ciptaanmu.
Aku di ruang ini
Di temani bunga lama bersama sunyi
Redup dalam aroma
Kebebasan.
Sebuah bunga yang indah
Untuk di lupakan.
LBQK, 2025





