Puisi-Puisi Moh. Bilaluddin, Omben, Sampang
Moh. Bilaluddin lahir di desa Madulang - Kec. Omben - Sampang, 26 januari 2007. Finalis FLS3N Bidang Cipta Puisi (2025) di Tingkat Jawa Tim...
Moh. Bilaluddin lahir di desa Madulang - Kec. Omben - Sampang, 26 januari 2007. Finalis FLS3N Bidang Cipta Puisi (2025) di Tingkat Jawa Timur. Saat ini duduk sebagai siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Omben.
*****
Mimpi Yang Tumbuh Di Ladang
Di pagi mentari menyinari permukaan tanah
Ayah melangkah sepanjang pematang sawah
Cangkul menari di ladang harapan
Membisikkan merdu suara layangan
Pohon bambu saling merangkul jiwa yang letih
Melukis mimpi masa depan daun tembakau
Perjuangan di punggung bumi parau
Bergema ke luas langit kemilau
Kaki renta, kering tanah harap
Membekas luka gores tanah garap
Badai musim perih, rintih hujan lirih
Daun menggugurkan bulu-bulu hujan
Tudung daun jati jadi tameng mentari
Menumbuhkan mimpi ladang hijau dan sunyi
Lampu bumi menyala biru langit
Menyinari mahkkota di pucuk daun
Merah senja
Senyum bibir tua di pematang tegal
Bayang kaki mengiringi matahari karam
2025
Gema Lorong ke Rumah Mu
Jendela sunyi terbuka di gubuk sepi
Tebing sungai menutupi cahaya pagi
Hasrat berbuncah terbendung di waduk jiwa
Membasahi lara menyirami kering bunga
Kicau burung kecil di ranting jiwa
Gema pujian dari lorong-lorong surga
Terdendang dan menari di ujung semesta
Tertangkap sunyi di gendang atap malam
Bibir cahaya itu
Menahan tepian doa yang hampir karam
Subur ladang jiwa tunduk tanpa daya
Perih serasa dirajam bambu berduri
Sungai rasa mengalir perlahan di sawah bera
Membasahi sandaran sunyi air jiwa
Desah semesta terhembus nada dera
Menghempas ruang rasa, retak pusara
Dalam sepi kutulis kata sunyi
Kulukis mimpi di langit tak bertepi
jasad berlayar di laut tak bernama
luruh pedih dalam lembar-lembar doa
2025
Taněyan Lanjhâng
Di antara sawah dan pohon bambu
Terbentang jejak barisan rumah kayu
Tanêyan Lanjhâng, menyimpan kisah
Keluarga yang hidup dalam berkah
Tiang rumah menjadi saksi bisu
Tetesan keringat ayah dan alunan doa ibu
Rumah berjajar, tak hanya tempat berteduh
Namun, serangkai ikatan batin yang amat teguh
Di depan teras itu, mengalir tangis alam dari pancoran
Menggali sungai doa dalam badan
Anak anak berlari tanpa busana
Mengukir langkah menggapai mimpi di sana
Di ujung tanah juang berdiri tegak beranda langit
Panggung sanak saudara melayangkan asa dan doa
Adalah langghâr, tempat segala harapan bersandar
Mengangkat beban hidup dan duka dengan sabar
Teras yang damai menyimpan suara bisik dan renungan
Tak ada dinding pembatas antara kiri dan kanan
Semua lebur dalam selawat dan pujian
Maghrib telah pergi, suaramu bergema dalam hati
Catatan:
Tanêyan Lanjhâng merupakan pola pemukiman masyarakat Madura yang terdiri-dari bangunan rumah, langgar, dapur dan kandang. Di ujung barat posisi langghar, posisi utara deretan rumah menghadap selatan, posisi selatan letak dapur dan kandang menghadap utara. Posisi timur tempat sumur. Dalam lingkungan tersebut terdapat halaman (tanêyan) yang luas.
Sandur
Diatas tanah kering
Suara gamelan mengisi pecah bumi
Wanita berkebaya melangkahi sepi bersama tawa
warga bernyanyi di atas ladang bera
Sandur bukan hanya pentas dan suara
Namun cermin jiwa bangsa di ujung senja
Membias cahaya merah gunung dan desa
Suara katowa merambati angin
Sementara kendang harapan menahan sepi
melodi para nelayan dan petani
Menggapai mimpi anak-anak negeri
Ketika topeng menari
Senyum anak kecil mengobati lelah petani
Suara tabuhan suara tandak berdendang
Nyanyi jiwa dalam suara bergelombang
Nama demi nama menghiasi hening suasana
Perlahan derap kaki melangkah di alas biru
Menggenggam merah harapan
Di tepi halaman tangan-tangan dijulurkan
Tubuh-tubuh belang dibakar terik mentari
Sandur datang jadi perisai jadi tali jadi patri
Menahan bencana bumi kering
Mengikat ujung negeri miring
Sandur, riwayat sepotong bumi
Menanam kebersamaan kami
Loreng merah pesa'an
Oh Sandur, yang kaya cerita
Dalam tiap gerakmu, kami belajar bertahan
Dalam tiap syairmu, kami temukan harapan
2025
Catatan:
Sandur Madura adalah seni pertunjukan tradisional khas Madura yang umumnya ditampilkan dalam acara hajatan atau "Remoh" masyarakat Bangkalan. Kesenian ini melibatkan musik, tari, dan lagu berbahasa Madura, serta memiliki makna sosial dan ritual.
Layangan Di Ujung Senja
Di sawah yang mulai hening
Angin menggeser tembakau kering
Anak anak berlari menahan kerangka harapan
Disaat benang membuat langit perlahan tegang
Senja mengalirkan jingga
Mewarnai kertas tipis pencatat mimpi
Bergetar, tak gentar akan gelombang
Menghantar mimpi ke langit tak bertepi
Tangan kecil itu
Menggulung doa di kaleng berdebu
Berperang dengan tajam benang
Mengikat asa diatas ladang baru
Dan di ujung benangnya
Ada hati yang belajar
Bahwa melepaskan
Kadang lebih indah daripada menggenggam
2025





