Sajak-sajak M.Lailul Mubarok, PPA Lubangsa Utara
M.Lailul Mubarok berasal dari Pordapor, Kecamatan Guluk-guluk, Sumenep, kini sedang mengasah jati dirinya di dalam halaman sastra, dan santri aktif PPA. Lubangsa Utara, cerpen atau puisinya sudah nangkring di pelbagai media cetak maupun online.
Lubtara Kota Literasi
:kembalilah lubtara
Selamat pagi lubtara
Ku lontarkan dari hati paling dalam
Pada jiwamu yang terlelap di alunan nyaman
Hinga gelisah menyelimuti masa depan.
Selamat pagi lubtara
Tubuhmu telah terbakar oleh kesunyian
Sampai aku tak tau cara memadamkan
Apakah aku harus pakai kekerasan?.
Selamat pagi lubtara
Ku dengar bisikmu melalui gugurnya dedaunan
Dan tidak dengan kau.
Selamat pagi lubtara
Apakah bisa jiwamu kembali pada zaman itu?
Dengan mu yang tak pernah kalah
Kembalilah melalui kata gelisah.
Lubtara
Aku ingin
Dulu.
Pandawa 5
Ladang, Di Halaman Tembakau
Pada senja mulai menampakkan keningnya
Aku telah melepaskan benih di halaman tua
Dan ku tancapkan sebuah kerangka harapan muda
Serta ku segarkan dengan seribu iringan doa
Lalu, ku pulang membawa kelelahan melalui lontaran suara.
Pagi mulai menampakkan wajahnya
Harapan telah menerbangkan suara padanya
Padaku sebagai orang petani
Perlu memanggul sebuah wadah sunyi
Meski tubuh mengendap terasa nyeri.
Pada lembar-lembar halaman tembakau
Ku teduhkan perihal kegembiraan
Yang akan di pungut pada hari datang.
Dan dengan tanah ini
Telah ku titipkan kelaparan kami
Di hari yang penuh kegelisahan nyeri
Meski pada akhirnya ku nikmati.
Apabila kegembiraan itu telah terpotong
Hanya kemarahan matahari yang ku harap
Serta tangis seorang langit tak ingin ku lihat.
Jikalau hal itu terjadi
Segala akan menjelma lenyap
Atas kedatangan ia
Yang tak ingin ku tatap.
Dan akulah seorang petani
Yang berani nabur benih rugi
Meski tubuh berkecapi dalam nyeri.
Pandawa 5
Harapan
:ibu
Di sepanjang tali kenakalanku
Dalam gelapnya malam Hingga kelamnya
Kutitipkan seribu harapan padamu, ibu
Meski dosa dan kegembiraan selalu kulahap
Walaupun aku tak tau kapan nyawaku sekarat.
Semoga tuhan memanggilmu
Sehabis jiwaragaku
Namun, sebelum mulut mengecup telapak kakimu
Dengan jerih payah kelelahanku.
Jika hal itu tidak terjadi
Aku tak ingin memelihara kepedihan ini
Dan lebih baik aku mati
Bersamamu di ruang sunyi.
Pandawa 5
Ku Titipkan Kegembiraan Ibu, Padamu
:FDS
Kuucapkan selamat padamu, adikku
Yang baru mengenal ucapan ilmu
Sejak keluar hingga kini kau bertemu
Dengan seribu kata penting bagimu.
Semangat kulepaskan, padamu
Dari hati paling dalam
Yang selalu kuterbangkan sebelum hari kehancuran
Berupa alunan doa yang terus terlontarkan.
Dari tiga bocah yang telah tumbuh
di Dalam gelembung penuh harapan
Hanya buah hatimu yang masih diberi kehidupan
Dan selainnya pulang ke alamat tuhan.
Pandawa 5
Izinkan Aku Bersimpuh Di Kehidupanmu
:HM
Kusampaikan tulisan ini padamu, adinda
Yang tak sempat ku layarkan
Di tengah alunan hujan cahaya
Tanpa rintik air pancaroba.
Wahai adinda...
Di sepanjang tali taaruf kita
Semenjak terbitnya cahaya hingga tenggelamnya
Dan segala akan menjadi saksi nyata
Bahwa kita tidak pernah menatap yang sama.
Duhai adinda...
Dari seribu kata yang sudah terlontarkan
Dengan melewati gelisah dan tergores luka
Serta sedih dan gembira beraduk di alunan derita
Yang akan jadi kenyataan
Bahwa kita tidak pernah menukar kata, di depan mata.
Pandawa 5





