Kakek Inspiratif
Cerpen: Risah Febrianti
“Noti, noti, noti…” Tampak menarik perhatianku seorang kakek menenteng keranjang berisi roti dan air kemasan sibuk menjajakan dagangannya pada mahasiswa yang sedang lalu lalang melewati jalanan taman kampus.
Usianya yang sudah senja dan nyaris tanpa gigi terasa sulit untuk mengucapkan kata roti dengan benar.
Dari sekian mahasiswa yang dijumpainya masih belum terlihat ada yang berminat membeli rotinya.
Si Kakek tetap melanjutkan langkahnya dengan penuh optimis disertai dengan senyumnya yang ramah menyapa para mahasiswa yang melintasinya.
“Roti mas,” si kakek mencoba menawarkan roti pada salah satu mahasiswa yang sedang berjalan berdua dengan teman perempuannya.
“Berapa rotinya kek?” Tanya salah satu dari mereka. Sambil memilih macam-macam roti yang disodorkan.
“Limanibuan mas,” jawab si kakek dengan semangat. Terlihat senyum kakek nyaris tanpa gigi itu membuat mereka balik tersenyum melihat si kakek dengan ucapan cedalnya.
“Ohya kek, kita beli 4 ya, 2 rasa cokelat dan 2 rasa keju,” ucap salah satu dari mereka sambil menyerahkan uang 20rb pada si kakek.
“Alhamdulillah, makasih ya mas, semoga mas dan mbaknya ditambah ya nejekinya sama Allah,” jawab si kakek.
“Aamiiiin, ya kek semoga laris manis ya dagangannya,” jawab mereka bersamaan.
Si kakek kemudian melanjutkan perjalanannya mencari pembeli roti berikutnya. Hingga akhirnya si kakek sadar dengan keberadaanku yang sedari tadi mengamati obrolan pembeli pertama kakek.
Aku berada tidak jauh dari kakek penjual roti, sehingga obrolan si kakek dan pembeli tadi jelas kudengar. Aku duduk sendiri sambil menunggu kedatangan teman-temanku yang akan menemuiku di taman kampus.
Taman ini terdapat spot-spot menarik untuk swafoto dan cocok untuk nongkrong sembari menunggu jam kuliah selanjutnya. Daripada pulang ke kostan lebih baik menunggu di taman saja lebih asyik dan seru berkumpul bersama teman-teman.
“Roti mas,” tiba-tiba sudah ada dihadapanku menyodorkan roti yang ada dalam keranjang dagangannya, sehingga membuyarkan lamunanku tentang taman kampus. Sambil menyodorkan roti yang ada dalam keranjang dagangannya.
“ Ya kek 10 ya, semua rasa dan 10 botol air mineral ya” jawabku.
“Alhamdulillah, ya mas,” jawab si kakek dengan cekatan membungkus roti dan air mineral ke dalam tas kresek yang dibawanya.
“Berapa semua kek?” tanyaku sambil menerima bungkusan roti dan air mineral dari si kakek.
“100rb mas semuanya.” Jawab kakek. Kemudian aku menyodorkan 2 lembar uang 50rb.
“Pas ya kek?”
“Ya mas, Alhamdulillah sudah hampin habis dagangan kakek.” Ungkap si kakek padaku dengan senyum bahagia.
“Alhamdulillah ya Kek, ikut senang mendengarnya. Aku kagum pada kakek, walaupun sudah tua tapi kakek punya semangat seperti anak muda.
“Alhamdulillah mas ini yang namanya rejeki,” ujarnya, matanya binar menatapku.
“Setiap ada usaha pasti ada jalan. Allah akan memberikan rejeki kepada hambanya yang mau bekerja dan berusaha, dan jangan lupa selalu bersyukur setiap kita mendapat kenikmatan dari Allah.” Urai si kakek padaku.
“Ya kek terimakasih sudah mengingatkanku untuk selalu bersyukur dan berpikir positif.” Jawabku dengan tulus.
“Semoga selalu laris manis ya kek, dagangannya,” ungkapku padanya.
“Aamiiin, terimakasih ya mas sudah beli banyak, jadi enteng nih keranjang kakek, permisi ya mas ini ada pembeli lagi.” jawab kakek sambil berlalu meninggalkanku yang masih termangu dengan pesan yang disampaikannya padaku.
Pilihan