Lebaran Sastra: Upaya Memanggil Tradisi untuk Kembali

Ilustrasi: Gambaran para tokoh sastrawan Pesantren

Berangkat dari harapan ini, dan jika ada satu mo-mentum yang pas untuk mengingat dan memanggil kembali tradisi susastra itu, maka Lebaran Sastra dan Bulan Puisi Madrasah 2025 merupakan salah satu atensi dan edukasi tersendiri. Ketika gema sastra dari lembaga pendidikan Islam, baik madrasah ataupun pesantren semakin lirih, maka acara ini merupakan suara untuk meriuhkannya lagi. Bukan semata "meng-ingat," "membangkitkan," dan menggiring kerinduan, melainkan bagian dari panggilan etik-puitika demi menyuplai" energi sastrawi dalam lingkup pendidikan madrasah. Sehingga pelan tapi pasti siswa-siswi madra-sah semakin mengenal dan memiliki "diplomasi puitik" menghadapi lompatan-lompatan paradoks-realistik pada era post truth.

Diberi nama yang tak biasa, "lebaran", kegiatan ini hendak mengirim pesan bahwa inilah hari raya bagi puisi dan sastra yang belakangan tak banyak (di) tampil (kan) di hadapan dunia kependidikan, terutama madrasah. Inilah saatnya bagi puisi dan sastra mudik (lebaran) ke madrasah dan pesantren, ke tradisi yang pernah di-warisi, dimiliki, serta melejitkan martabatnya. Inilah ruang "dansa," "orkestrasi", dan "artikulasi" untuk "menyeksikan" kembali kata-kata, bait-bait, hikmah lirih, dan ungkapan-ungkapan sarat makna yang per-nah menjadi napas para ulama, sastrawan, sekaligus penyambung dakwah Islam dari generasi ke generasi. Inilah momentum "menggincui" madrasah dengan puisi, agar pendidikan di lingkungan madrasah tidak sekadar dibaluri energi rasionalitas, melainkan juga "diterapi" rasa, "diparfumi" nilai-nilai humanitas dan spiritualitas.

Menggincui madarasah dengan puisi, sekali lagi. tidak untuk mendandani serupa lipstik dan aksesori belaka. Lebih dari itu, meminjam jalan pikiran Hassan Hanafi (2015: 175-182), lantaran ungkapan "pengetahuan puitisme" merupakan hal yang akrab dalam tradisi Islam. Bahkan manusia, tegas Hanafi, bermula dengan puisi. Hukama, ulama, dan intelektual Islam, sebagian oleh Hanafi dikategorikan sebagai penyair. Dan penyair, kata Hanafi, menciptakan dunia sebagian besar dengan imajinasi. Puisi, tegasnya, merepresentasikan permulaan-permulaan seni, ilmu pengetahuan, meta-fisika, logika, etika, fisika, fakta, sejarah, astronomi, geografi, dan ekonomi. Puisi adalah bahasa yang ikut mengekspresikan filsafat. Sekira filsafat merupakan ilusi tentang puisi, masih kata Hanafi, dan puisi meru-pakan ilusi bagi agama, maka puisi adalah bagian ber-sama antara filsafat dan agama. Sehingga etika puisi, terangnya lebih jauh, akan mengapresiasi peran serta keutamaan bangsa yang diajarkan agama dari sela-sela sistem keluarga dan celah-celah "pikiran" Tuhan.

Lebaran Sastra ini akan diselenggarakan oleh Kan-wil Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Lokasinya difokuskan di dua area, yakni Asrama Haji Pangkalpinang dan MAN Insan Cendekia Bangka Tengah. Rangkaian kegiatan yang dirancang meliputi halaqah sastra dan kebudayaan Islam-Melayu, Cafe Sastrawi untuk belajar menulis cerpen, novel, dan puisi religius; lomba cipta dan baca puisi spontan, mo-nolog dongeng bahasa Bangka, hingga peletakan prasasti sastra. Semua ini menyiratkan bahwa sastra tidak hanya dipanggil untuk didengar ceritanya tentang masa lalu yang indah lalu pergi, tetapi untuk diberikan tempat, dihormati, diajarkan, ditumbuhkan, diinternalisasi, dan menetap di sini.

Tulisan bersambung:

  1. Lebaran Sastra: Menggincui Madrasah dengan Puisi 
  2. Sastra dan Pesantren
  3. Lebaran Sastra: Upaya Memanggil Tradisi untuk Kembali 

Di tengah gempuran industrialisasi pendidikan, kegiatan ini serupa suara yang menyapa lembut sisi ke-manusiaan dari proses pembelajaran siswa dan santri. Sastra perlu mengajak mereka untuk, seperti bahasa Abdul Hadi WM, "kembali ke akar kembali ke sumber" (Pustaka Firdaus, 1999). Puisi bisa menuntun mereka berbicara dengan sunyi-ruang yang terkikis oleh gemuruh modernitas dan industrialisasi. Dan ketika asatidz, para guru, santri, siswa-siswi mulai menulis serta membaca puisi lagi, saat spirit merangkai apalagi "memvitamini" kata bisa menjadi nyata, madrasah akan tergincui dengan puisi. Madrasah akan lebih "seksi" dan "bertaji" melalui kependidikan yang unik dan ikonik. Bahkan tradisi luhur pun, warisan-warisan Ishaq al-Shirazi, Fakhral-Din al-Razi, Jalaluddin Rumi. Muhammad al-Ghazali, Imam Nawawi, Nuruddin al-Raniri, Syamsuddin al-Sumatrani, Abd al-Ra'üf al-Sinkili, Syaikh Yusuf al-Maqassari, Raja Ali Haji. Hamzah Fansuri, Amir Hamzah, HAMKA, Muhammad Zuhri, A. Mustofa Bisri, D. Zawawi Imron, dan lain-lain perlahan akan kembali menggetarkan pendidikan madrasah di tengah gelindingan modernisasi, hantaman industrialisasi, mode digitalisasi, dan kecentilan "teknologisasi."

Dari Lebaran Sastra dan Bulan Puisi Madrasah akan lahir kembali penyair dan sastrawan dari madrasah atau pesantren. Akan hadir buku-buku kecil dari santri-santri yang tak dikenal namun berisi bait-bait yang justru menyentuh nurani. Insya Allah, dimulai dari sini. Lebih dari sekadar peristiwa. Lebaran Sastra adalah "deklarasi" atau "manifesto" bertenaga bahwa madrasah dan pesantren tak pernah kehilangan denyut sastranya. la hanya sedang menunggu dipanggil dan dibangkitkan bersama lebih kritis dan masif. Karena seperti dialirkan Jalaluddin Rumi (2004: 15; Masmuni Mahatma, 2010: 2): Berpuisi adalah pekerjaan yang tidak hanya berurusan dengan keruwetan rima, irama, lagu, kecerdasan puitik, tapi juga melibatkan penyerahan dan kebergantungan pada kebaikan dan perilaku masyarakat." Bismillah!.

Masmuni Mahatma, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kep. Bangka Belitung

*****

Rujukan

A Nicholson, Reynold. (1996). Rumi Poet and Mystic (Jalaluddin Rumi: Ajaran dan Pengalaman Sufi) Jakarta: Pustaka Firdaus.

Al-Attas, M. N. (1970). The Mysticism of Hamzah Fansari, Kuala Lumpur: University of Malaya Press.

Ali Haji, Raja, (2000). Gurindam Duabelas. Pekan Baru: Vayasan Pusaka Riau.

Aljunied. K. (2010). Islam in Malaysia: An Entwined History. Oxford: Oxford University Press.

Allen, R. (2005). The Arabic Literary Heritage: The Development of its Genres and Criticim. New York: Cambridge University Press.

Braginsky, V.I. (1993). Tasawuf dan Sastra Melayu: Kajian dan Teks-Teks, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Universitas Leiden.

Hanafi, Hassan. (2015). Studi Filsafat a Pembacaan Atas Tradisi Barat Modern. Yogyakarta: LAIS

Hamka, (1980). Tafsir Al-Azhar. Jilid 1. Singapura: Pustaka Nasional PTE Lad

Hamzah, A. (1949). Njanji Sunji, Jakarta Pustaka Rakjat

Jassin, H.B. (1962). Amir Hamzah: Radja Penjair Puljangga Baru. Jakarta: Gunung Agung

Karamali, H. (2012). The Madrasa Curriculum in Context. Abu Dhabi Kalam Research & Media.

Mahatma, Masmuni. (2010). Bulan di Atas Ka'bah: Sufistika Jeihan. Bandung: Jeihan Institute.

Raffel, B. (1968) [1967]. Development of Modern Indonesian Poetry (2nd Edition). Albany, NY: State University of New York Press. Stetkevych, S. P. (1993). The Mute Immortals Speak: Pre-Islamic Poetry and the Poetics of Ritual . Cornell University Press.

Syarif., M.M. (1992). Iqbal, Tentang Tuhan dan Keindahan. Bandung Mizan.

Teeuw, A. (1994). "Hamzah Fansuri, Sang Pemula Puisi Indonesia." Indonesia antara Kelisanan dan Keberaksaruan, Jakarta: Pustaka Jaya.

 

*****

Tulisan ini telah terbit di Majalah Basis, Nomor 05-06, Tahun Ke-74, 2025

 

Tulisan bersambung:

  1. Lebaran Sastra: Menggincui Madrasah dengan Puisi 
  2. Sastra dan Pesantren
  3. Lebaran Sastra: Upaya Memanggil Tradisi untuk Kembali 
Pilihan

Tulisan terkait

Utama 4215129859390946938

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close