Legenda Awal Terbentuknya Sampang, Madura

“Tentang Nyi Roro Menges dan Pohon Sampangan”

 

Ilustrasi

 Di masa lalu, sebelum jalan-jalan beraspal membelah Madura, dan sebelum kota Sampang berdiri seperti sekarang, wilayah ini hanyalah hutan dan rawa yang dikelilingi sungai. Orang-orang menyebutnya Pamelingan, tanah sunyi yang menjadi tempat persinggahan para nelayan dan pedagang dari seberang.

Suatu hari, setelah badai besar menggulung laut selatan, nelayan-nelayan di pesisir mendapati seorang perempuan terdampar di antara serpihan perahu. Rambutnya panjang terurai, wajahnya pucat, tapi matanya memantulkan cahaya laut yang tenang. Ia masih hidup.

“Siapa kau, Nona?” tanya seorang nelayan tua bernama Ki Rangga Bendi, sambil menutupi tubuh perempuan itu dengan kain.

Perempuan itu tersenyum tipis. “Namaku Nyi Roro Menges. Aku datang dari jauh, dikejar badai dan nasib. Bolehkah aku tinggal di sini, meski hanya sementara?”

Masyarakat Pamelingan menerimanya dengan ramah. Nyi Roro Menges tinggal di tepi hutan, dekat sungai yang airnya bening. Tak lama setelah kedatangannya, hal-hal aneh mulai terjadi — tanaman di sekitar rumahnya tumbuh subur, air sumur menjadi lebih jernih, dan setiap kali ia lewat, udara dipenuhi aroma melati dan kenanga.

Warga mulai percaya bahwa perempuan itu bukan orang biasa.

Perempuan yang Diselimuti Misteri

Nyi Roro Menges dikenal lembut dan bijak. Ia sering menolong warga, mengobati yang sakit dengan ramuan daun, dan memberi nasihat kepada siapa pun yang datang meminta petunjuk. Dalam diam, ia menjadi sosok yang dihormati.

Namun suatu malam, ia memanggil Ki Rangga Bendi.

“Ki Rangga,” katanya pelan, “aku sudah terlalu lama di sini. Waktuku hampir habis. Jika nanti aku tiada, jangan cari jasadku. Tanamlah sebuah pohon di tempat aku biasa berdoa, di bawah bukit kecil itu. Itu akan jadi penanda tempatku beristirahat.”

Ki Rangga menatapnya heran. “Kenapa bicara begitu, Nyi? Kau masih sehat.”
Nyi Roro Menges hanya tersenyum. “Segalanya punya waktu, Ki Rangga. Termasuk aku.”

Keesokan harinya, rumah Nyi Roro Menges sunyi. Pintu terbuka, angin laut berhembus lembut, dan hanya ada selembar kain putih dengan seutas gelang kulit kerang di atas meja bambu. Tak seorang pun tahu ke mana ia pergi.

Pohon Sampangan

Mengikuti pesan terakhirnya, Ki Rangga menanam sebuah pohon di tempat Nyi Roro Menges biasa duduk — pohon kecil berdaun rimbun yang ia sebut Pohon Sampangan.

Anehnya, pohon itu tumbuh dengan cepat. Dalam hitungan tahun, batangnya membesar, daunnya meneduhkan tanah di sekitarnya, dan akarnya seolah memeluk bumi. Orang-orang mulai menjadikannya tempat ziarah. Mereka percaya roh Nyi Roro Menges bersemayam di bawah pohon itu, menjaga desa dari mara bahaya.

Jika ada orang asing bertanya arah, warga selalu menjawab,
“Pergilah ke arah Pohon Sampangan, itulah tanda pusat kampung kami.”

Lama-kelamaan, nama Sampangan menjadi sebutan bagi seluruh wilayah di sekitarnya. Dalam percakapan sehari-hari, sebutan itu kemudian berubah pelafalan menjadi Sampang — sederhana, tapi penuh makna.

Penanda yang Tak Pernah Hilang

Konon, sampai sekarang, di sebuah sudut tua di Sampang masih tumbuh pohon besar yang disebut warga sebagai keturunan Pohon Sampangan. Tak ada yang berani menebangnya. Setiap malam Jumat, udara di sekitarnya terasa lebih sejuk, dan kadang tercium aroma kenanga yang datang entah dari mana.

Orang tua di sana masih berkata kepada anak cucunya:

“Kalau kau mencium wangi melati di tepi laut tanpa bunga, itu tandanya Nyi Roro Menges sedang melintas, memastikan Sampang tetap damai seperti dulu.”

Begitulah kisah yang turun-temurun dipercaya masyarakat — legenda tentang Nyi Roro Menges, perempuan misterius yang menanamkan akar sejarah Sampang.
Dari Sampangan tumbuh nama besar Sampang, dari satu pohon lahir sebuah kota yang hingga kini tetap hidup di bawah naungan kisahnya.

 (Rulis)

 

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 1666629694962795628

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA

LOMBA BACA PUISI BAHASA MADURA
Info selengkapnya, klik gambar

Relaksasi


 


 

Jadwal Sholat

item
close