Dari Lomba ke Ruang Belajar: Workshop Membaca Puisi Rulis untuk Guru dan Pembina
Rumah Literasi Sumenep menggelar Workshop Membaca Puisi bagi guru, pelatih, dan pembina sebagai upaya memperbaiki pemahaman teknik baca puisi berbahasa Madura dan menguatkan literasi sastra lokal.
Sumenep, Rulis: Puisi bukan sekadar rangkaian kata. Ia adalah napas, rasa, dan irama yang hidup ketika dibaca dengan pemahaman. Namun dari hasil pengamatan tim pengurus Rumah Literasi Sumenep (Rulis) pada Lomba Baca Puisi Berbahasa Madura tingkat SD/MI se-Kabupaten Sumenep, Oktober 2025 lalu, tersirat satu persoalan penting: banyak peserta belum benar-benar memahami cara dan teknik membaca puisi sesuai kaidah yang semestinya.
Bacaan puisi para peserta kerap terdengar datar, tempo tak terjaga, penekanan makna terabaikan, bahkan ekspresi sering kali terlepas dari ruh puisi itu sendiri. Padahal, puisi—terlebih puisi berbahasa Madura—mengandung kedalaman budaya, rasa, dan kearifan lokal yang semestinya hadir utuh dalam pembacaan.
Temuan inilah yang kemudian menggugah Rulis untuk tidak sekadar mencatat, tetapi bertindak.
Dari Pengamatan Menuju Ikhtiar Bersama
Rumah Literasi Sumenep mengambil inisiatif mengumpulkan para guru, pembina, dan pelatih seni dalam satu forum pembelajaran bersama bertajuk:
“Workshop Membaca Puisi bagi Guru, Pelatih, dan Pembina”
yang direncanakan berlangsung pada tengah hingga akhir Januari 2026.
Workshop ini dirancang sebagai ruang berbagi, belajar, dan menyamakan persepsi tentang bagaimana puisi seharusnya dibaca—bukan hanya secara teknis, tetapi juga secara estetik dan kultural. Sebab, guru dan pembina adalah mata rantai penting dalam proses pembentukan kepekaan sastra anak-anak di sekolah dan sanggar.
Kegiatan ini juga menjadi wujud kolaborasi strategis antara Rumah Literasi Sumenep dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sumenep, dua lembaga yang memiliki kepentingan bersama dalam menguatkan gerakan literasi, khususnya literasi sastra dan budaya lokal.
Dua Tahap, Ruang Belajar yang Lebih Fokus
Agar proses pembelajaran berjalan efektif, workshop ini akan dibagi dalam dua tahap dengan kapasitas terbatas:
- Tahap I: Pertengahan Januari 2026
- Tahap II: Akhir Januari 2026
Peserta workshop terbuka bagi guru semua jenjang pendidikan, serta pembina dan pelatih seni dari sanggar atau komunitas. Pembagian tahap ini dimaksudkan agar setiap peserta memperoleh ruang praktik, diskusi, dan pendampingan yang lebih optimal.
Dalam workshop tersebut, peserta tidak hanya akan mempelajari teori membaca puisi, tetapi juga praktik langsung: pengolahan vokal, artikulasi, intonasi, tempo, ekspresi, hingga pemahaman makna puisi—khususnya puisi berbahasa Madura yang memiliki karakter bunyi dan rasa tersendiri.
Puisi, Guru, dan Tanggung Jawab Kultural
Ketua Rumah Literasi Sumenep, Yulianti, menyambut kegiatan ini dengan penuh antusias. Menurutnya, membaca puisi adalah kerja kebudayaan yang tidak bisa dianggap sepele.
“Puisi bukan hanya soal tampil di lomba. Ia adalah medium untuk menanamkan kepekaan rasa, bahasa, dan budaya sejak dini. Jika guru dan pembina memiliki pemahaman yang tepat, maka anak-anak akan tumbuh dengan cara pandang yang lebih utuh terhadap sastra dan kehidupannya,” ungkap Yulianti.
Ia menegaskan bahwa workshop ini bukan semata untuk mencetak juara lomba, melainkan untuk memperkuat fondasi literasi sastra di sekolah dan komunitas. Dengan guru dan pembina yang paham kaidah membaca puisi, proses pembelajaran sastra akan menjadi lebih hidup, bermakna, dan membumi.
Menyemai Harapan dari Puisi
Di tengah arus pendidikan yang kerap menekankan capaian angka dan hasil instan, ikhtiar Rulis ini menjadi pengingat bahwa pendidikan juga tentang rasa, makna, dan pemaknaan hidup. Puisi adalah salah satu jalannya.
Melalui workshop membaca puisi ini, Rumah Literasi Sumenep berharap lahir para pendidik dan pembina yang tidak hanya mampu mengajarkan teknik, tetapi juga menularkan cinta pada bahasa Madura, sastra, dan nilai-nilai kultural yang terkandung di dalamnya.
Sebab, ketika puisi dibaca dengan benar, ia tidak hanya terdengar indah—tetapi juga menghidupkan kesadaran.
(Redaksi Rulis)
Pilihan




