Pendidikan yang Memanusiakan: Bekerja, Bermakna, dan Menjaga Kehidupan


 Pendidikan bukan hanya soal bekerja dan mencari penghasilan. Artikel ini mengulas tiga tujuan utama pendidikan: membekali kerja, memaknai hidup, dan memuliakan kehidupan secara utuh dan manusiawi.

*****

Pendidikan kerap dipersempit maknanya menjadi sekadar proses akademik: pergi ke sekolah, lulus ujian, mendapatkan ijazah, lalu mencari pekerjaan. Dalam praktiknya, pendidikan sering diperlakukan sebagai tangga ekonomi—siapa yang sekolahnya tinggi diharapkan hidupnya mapan. Cara pandang ini tidak sepenuhnya keliru, tetapi jelas belum utuh. Pendidikan sejatinya memiliki tujuan yang lebih luas dan lebih dalam daripada sekadar mencetak tenaga kerja.

Ada sebuah pandangan yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan setidaknya mencakup tiga hal pokok: pertama, bagaimana manusia mampu bekerja dan mencari mata pencarian; kedua, bagaimana ia menjalani hidup yang penuh makna; dan ketiga, bagaimana ia memuliakan kehidupan itu sendiri. Tiga tujuan ini bukanlah tujuan yang berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan saling menguatkan. Pendidikan yang hanya berhenti pada satu tujuan akan melahirkan manusia yang pincang—cerdas tetapi hampa, terampil tetapi kehilangan nurani.

  1. Pendidikan sebagai Jalan untuk Bekerja dan Mencari Mata Pencarian

Tujuan pertama pendidikan yang paling sering disadari adalah fungsi ekonominya. Pendidikan membekali seseorang dengan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi agar mampu bekerja dan memperoleh penghidupan yang layak. Dalam konteks ini, pendidikan menjadi sarana mobilitas sosial: seseorang yang lahir dari keluarga sederhana memiliki peluang untuk memperbaiki nasib melalui sekolah dan belajar.

Di masyarakat modern, dunia kerja semakin kompleks. Tidak cukup hanya bermodal tenaga; dibutuhkan kemampuan berpikir, keterampilan teknis, kecakapan berkomunikasi, dan adaptasi terhadap perubahan. Pendidikan berperan menyiapkan manusia agar tidak terpinggirkan oleh zaman. Sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pelatihan menjadi ruang untuk mengasah kecakapan tersebut.

Namun, persoalan muncul ketika pendidikan direduksi hanya menjadi “pabrik tenaga kerja”. Kurikulum diarahkan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasar, sementara dimensi kemanusiaan peserta didik terabaikan. Anak didik dipacu untuk “cepat laku”, bukan untuk “bertumbuh utuh”. Akibatnya, banyak orang yang secara ekonomi berhasil, tetapi rapuh secara mental dan moral. Mereka bekerja, tetapi tidak menemukan kebahagiaan dalam pekerjaannya.

Pendidikan yang sehat seharusnya tidak hanya mengajarkan apa pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, tetapi juga bagaimana bekerja secara bermartabat. Bekerja bukan sekadar mencari nafkah, melainkan bagian dari kontribusi sosial. Dalam perspektif ini, pendidikan mengajarkan etos kerja, kejujuran, tanggung jawab, dan kesadaran bahwa setiap profesi memiliki nilai kemanusiaan. Dengan begitu, kerja tidak menjadi beban, melainkan bagian dari pengabdian hidup.

  1. Pendidikan untuk Menjalani Hidup yang Penuh Makna

Tujuan kedua pendidikan sering kali luput dari perhatian: membantu manusia menjalani hidup yang bermakna. Hidup yang bermakna bukan berarti hidup tanpa masalah, melainkan hidup yang disadari, dipahami, dan dijalani dengan tujuan yang jelas. Pendidikan di sini berfungsi membentuk cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan dunia.

Manusia bukan hanya makhluk pekerja, tetapi juga makhluk pencari makna. Ia bertanya: Siapa saya? Untuk apa saya hidup? Apa yang bernilai dalam hidup ini? Pertanyaan-pertanyaan eksistensial semacam ini tidak bisa dijawab oleh ijazah atau keterampilan teknis semata. Dibutuhkan pendidikan yang menyentuh dimensi reflektif, filosofis, dan humanistik.

Melalui pendidikan, seseorang belajar berpikir kritis, merenung, dan memahami pengalaman hidupnya. Ia diajak mengenali nilai-nilai seperti keadilan, kebenaran, empati, dan kebijaksanaan. Pendidikan yang memaknai hidup tidak hanya berbicara tentang “apa yang harus dikejar”, tetapi juga “apa yang patut dijaga”. Ia menumbuhkan kesadaran bahwa hidup bukan perlombaan tanpa henti, melainkan perjalanan yang perlu dinikmati dan direnungkan.

Di sinilah peran penting literasi, seni, sastra, dan budaya. Membaca, menulis, berdiskusi, dan berkesenian bukan aktivitas pelengkap, melainkan inti dari pendidikan yang memanusiakan manusia. Melalui cerita dan pemikiran, manusia belajar memahami kompleksitas hidup, menerima perbedaan, dan mengolah luka serta kegagalan. Tanpa dimensi ini, pendidikan hanya melahirkan manusia yang sibuk, tetapi kehilangan arah.

Pendidikan yang memberi makna hidup juga membekali seseorang dengan ketahanan batin. Ia tidak mudah runtuh ketika gagal, tidak kehilangan jati diri ketika sukses, dan tidak kosong ketika menghadapi kesendirian. Inilah pendidikan yang bekerja di wilayah terdalam manusia: kesadaran dan kebijaksanaan.

  1. Pendidikan untuk Memuliakan Kehidupan

Tujuan ketiga pendidikan adalah yang paling luhur sekaligus paling jarang dibicarakan: memuliakan kehidupan. Pendidikan tidak hanya berbicara tentang keberhasilan individu, tetapi juga tentang bagaimana manusia memperlakukan kehidupan—baik kehidupan sesama manusia, alam, maupun kehidupan sosial secara keseluruhan.

Memuliakan kehidupan berarti menempatkan kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai dan layak dihormati. Pendidikan dalam makna ini menumbuhkan kepekaan moral dan tanggung jawab sosial. Orang yang terdidik tidak hanya bertanya “apa untungnya bagi saya”, tetapi juga “apa dampaknya bagi orang lain”. Ia sadar bahwa hidupnya terhubung dengan kehidupan orang lain.

Dalam konteks masyarakat, pendidikan yang memuliakan kehidupan melahirkan warga yang peduli, adil, dan beradab. Mereka menolak kekerasan, diskriminasi, dan perusakan alam. Mereka memahami bahwa kemajuan tidak boleh dibayar dengan penderitaan sesama atau kerusakan lingkungan. Pendidikan mengajarkan bahwa kecerdasan tanpa nurani adalah bahaya.

Di sinilah pentingnya pendidikan nilai, etika, dan karakter—bukan dalam bentuk slogan kosong, tetapi melalui keteladanan dan praktik nyata. Sekolah dan ruang literasi seharusnya menjadi tempat belajar hidup bersama: menghargai perbedaan, berdialog secara sehat, dan menyelesaikan konflik tanpa merendahkan martabat manusia.

Memuliakan kehidupan juga berarti memberi ruang bagi yang lemah dan terpinggirkan. Pendidikan tidak boleh menjadi alat eksklusif bagi segelintir orang, melainkan jalan pembebasan bagi semua. Ketika pendidikan hanya bisa diakses oleh mereka yang mampu, maka ia justru memperlebar ketimpangan dan merendahkan nilai kehidupan itu sendiri.

Menyatukan Tiga Tujuan Pendidikan

Ketiga tujuan pendidikan—bekerja, memaknai hidup, dan memuliakan kehidupan—seharusnya berjalan seiring. Pendidikan yang hanya mengejar keterampilan kerja akan melahirkan manusia yang kering secara batin. Pendidikan yang hanya berbicara makna tanpa keterampilan akan melahirkan idealisme yang rapuh. Pendidikan yang mengabaikan nilai kehidupan akan melahirkan kecerdasan yang berbahaya.

Rumah Literasi Sumenep, sebagai ruang belajar alternatif dan kultural, memiliki peran strategis dalam merawat ketiga tujuan ini. Literasi tidak hanya mengajarkan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga menghidupkan kesadaran, membangun makna, dan menumbuhkan kepedulian. Dari ruang-ruang kecil literasi, pendidikan bisa kembali pada hakikatnya: memanusiakan manusia.

Pada akhirnya, pendidikan bukan hanya soal menjadi apa, tetapi menjadi siapa. Bukan hanya tentang bagaimana hidup, tetapi bagaimana memuliakan hidup. Ketika pendidikan mampu menjawab ketiga tujuan ini, maka ia benar-benar menjadi cahaya bagi peradaban, bukan sekadar alat untuk bertahan hidup, melainkan jalan untuk hidup yang bermartabat dan bermakna.

(Rulis)

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 3304465104331238783

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi


 

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Banner untuk Anda

Banner untuk Anda
Anda punya rencana kegiatan yang mau dipublikasikan dalam bentuk banner? Kegiatan apapun, silakan kirim lewat email penulisrulis@gmail.com, dan akan kami terbitkan di halaman ini. Gratis

Workshop Baca Puisi Bagi Guru

Workshop Baca Puisi Bagi Guru
Selengkapnya klik gambar

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Relaksasi


 


 

Jadwal Sholat

item
close