Ketika Pengabdian Akhirnya Mendapat Nama
Selamat untuk teman-teman yang baru saja dilantik menjadi PPPK Paruh Waktu
Muhammad Yani
Ada rasa bangga dan bahagia yang berlapis-lapis ketika melihat teman–teman honorer dan sukwan akhirnya menyandang status baru sebagai PPPK Paruh Waktu. Rasa itu tidak datang tiba-tiba—ia tumbuh dari tahun-tahun panjang ketika mereka bekerja dengan ketulusan yang tidak pernah dipertontonkan, hanya dibuktikan.
Mereka adalah orang-orang yang mungkin tak pernah masuk berita, namun diam-diam menjadi nadi dari pelayanan publik. Di ruang-ruang kelas yang sederhana, mereka memberi pengetahuan dan harapan. Di meja administrasi, mereka memastikan urusan warga tak terhenti hanya karena kertas dan birokrasi. Di lingkungan pelayanan, mereka merawat, menjaga, menggerakkan sistem agar tetap hidup. Mereka tidak menuntut sorotan. Mereka hanya bekerja—dengan hati.
Justru dalam kesunyian seperti itulah nilai pengabdian diuji. Dan di situlah pula penghargaan menemukan relevansinya. Pengangkatan menjadi PPPK Paruh Waktu bukan sekadar perubahan status pekerjaan, tetapi pengakuan bahwa waktu, tenaga, dan kesetiaan mereka selama ini bukan sesuatu yang dapat dianggap enteng. Ini adalah keadilan moral yang akhirnya tiba setelah perjalanan panjang penuh kesabaran.
Para tenaga honorer dan suka relawan (sukwan) selalu bekerja melampaui batas formal tugas. Mereka menghadapi banyak keterbatasan: fasilitas yang kurang, beban kerja yang besar, serta pendapatan yang kerap tak sebanding dengan pengorbanan. Namun mereka tetap berdiri, tetap hadir, tetap melayani. Dalam diam, mereka membuktikan bahwa loyalitas tidak selalu membutuhkan panggung—kadang hanya butuh keikhlasan.
Karena itu, ketika negara memberi ruang bagi mereka untuk melangkah lebih jauh, keputusan ini bukan sekadar administrasi. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap mereka yang telah menjaga denyut pelayanan publik ketika banyak hal bisa membuat mereka menyerah. Dengan menjadi PPPK Paruh Waktu, mereka akhirnya memperoleh tempat yang pantas dalam struktur pelayanan negara.
Hari ini adalah perayaan. Bukan hanya bagi mereka yang dilantik, tetapi juga bagi kita semua. Sebab masyarakat yang baik adalah masyarakat yang bisa menilai pengabdian, menghormati kerja keras, dan mengapresiasi mereka yang telah lama berjuang tanpa pamrih.
Kita merayakan mereka yang telah membuktikan bahwa pengabdian bukan hanya urusan jabatan, melainkan urusan hati.
Mereka layak diakui.
Mereka layak dihargai.
Mereka layak mendapat kesempatan.
Dan bagi saya, harapan itu masih menyala—semoga tahun berikutnya saya bisa menyusul. Karena perjalanan ini belum selesai, dan pengabdian tidak pernah sia-sia.
(Rulis)
Pilihan




