Menjadi Pribadi Optimistis di Tengah Tantangan Hidup
Oleh: Alief Nur Jazilah*)
Pelajari bagaimana sikap optimistis dapat membentuk pola pikir yang lebih kuat, membantu menghadapi tekanan hidup, meningkatkan kesehatan mental, serta membuka peluang baru untuk masa depan yang lebih baik.
****
Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan seperti sekarang, menjadi pribadi yang optimistis sering dianggap sebagai hal yang sulit dilakukan. Kebanyakan orang lebih mudah tenggelam dalam kecemasan, rasa takut gagal, atau pikiran bahwa hidup tidak akan berjalan sesuai harapan. Padahal, optimisme bukan sekadar cara berpikir positif tanpa dasar, melainkan kemampuan untuk melihat kehidupan dengan perspektif yang lebih luas dan penuh harapan. Menjadi pribadi optimistis berarti percaya bahwa setiap tantangan memiliki jalan keluar, setiap kesulitan membawa pelajaran, dan setiap kegagalan membuka peluang baru yang mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya.
Optimisme sebenarnya bukan sifat bawaan; ia adalah keterampilan yang dapat dilatih. Banyak orang yang awalnya pesimis atau mudah khawatir, namun bisa berubah menjadi pribadi yang lebih kuat dan bersemangat setelah belajar melihat dunia dengan sudut pandang berbeda. Ketika seseorang memilih untuk bersikap optimistis, ia sedang memilih untuk mengarahkan hidupnya pada sesuatu yang lebih baik. Ia sedang memberi sinyal pada dirinya bahwa hidup layak diperjuangkan dan masa depan selalu punya ruang untuk berubah menjadi lebih baik.
Salah satu alasan penting mengapa kita perlu menjadi pribadi optimistis adalah karena pikiran sangat memengaruhi tindakan. Ketika kita yakin bahwa kita mampu, tubuh dan keputusan kita akan mengikuti arah tersebut. Begitu pula sebaliknya: jika kita terus-menerus dipenuhi keraguan, maka setiap langkah akan terasa berat. Contohnya saat seseorang ingin mencoba hal baru, seperti memulai bisnis, mengikuti lomba, atau melamar pekerjaan impian. Orang yang pesimis cenderung berhenti sebelum mencoba karena membayangkan kegagalan, sementara orang yang optimistis berani melangkah meskipun belum tahu hasilnya, karena ia percaya pengalaman akan membawanya pada proses yang berkembang.
Optimisme juga berkaitan erat dengan kesehatan mental dan fisik. Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang yang optimistis memiliki tingkat stres lebih rendah, lebih mudah bangkit setelah kecewa, serta memiliki keseimbangan emosi yang lebih baik. Mereka tidak mudah putus asa hanya karena suatu masalah datang. Sebaliknya, mereka mencoba memahami apa yang bisa diperbaiki dan apa yang bisa dilakukan berikutnya. Sikap seperti ini membuat hidup terasa lebih ringan, karena tidak semua hal perlu dibesar-besarkan atau dipikirkan secara negatif.
Namun, menjadi optimistis bukan berarti mengabaikan kenyataan atau berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Optimisme berbeda dari ilusi. Optimisme tetap mengakui adanya masalah, tetapi fokus pada solusi dan harapan. Misalnya, ketika mengalami kegagalan dalam ujian, pribadi optimistis tidak membohongi diri dengan berkata, “Ini bukan masalah besar,” tetapi justru berkata, “Aku gagal kali ini, tetapi aku bisa belajar dan berhasil pada kesempatan berikutnya.” Optimisme adalah kemampuan untuk menerima kenyataan tanpa menyerah pada keadaan.
Dalam dunia kerja dan pendidikan, sikap optimistis juga memiliki dampak besar. Orang yang optimistis lebih mudah bekerja sama, lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah, dan lebih tahan menghadapi tekanan. Mereka juga lebih mudah dipercaya dan disenangi orang lain, karena energi positif yang mereka bawa membuat lingkungan terasa lebih nyaman. Tak heran banyak pemimpin besar di dunia ini memiliki karakter optimistis. Mereka mampu melihat peluang bahkan saat orang lain hanya melihat kesulitan.
Selain itu, optimisme membantu kita memahami bahwa hidup tidak selalu berjalan lurus. Ada fase jatuh, bangkit, ragu, dan bertumbuh. Dengan bersikap optimistis, kita dapat menerima fase tersebut sebagai bagian dari perjalanan, bukan sebagai akhir dari segalanya. Optimisme mengajarkan kita untuk tetap bergerak meskipun perlahan; tetap berharap meskipun keadaan sedang berat; tetap berusaha meskipun hasil belum terlihat. Orang yang optimistis tahu bahwa segala sesuatu membutuhkan waktu.
Untuk menjadi pribadi optimistis, kita bisa memulai dari hal sederhana: mengubah cara kita berbicara pada diri sendiri. Jika biasanya kita berkata, “Aku tidak bisa,” cobalah berkata, “Aku akan mencoba.” Jika kita terbiasa mengatakan, “Pasti gagal,” ubahlah menjadi, “Bagaimana kalau berhasil?” Kata-kata kecil ini memberi dampak besar pada pola pikir kita. Selain itu, penting juga untuk menghindari kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang punya waktu dan jalannya masing-masing. Fokuslah pada proses kita sendiri.
Optimisme juga tumbuh ketika kita bersyukur. Saat kita menyadari bahwa banyak hal baik dalam hidup, kita menjadi lebih mudah melihat sisi terang dalam situasi yang sulit sekalipun. Bersyukur bukan hanya soal hal besar, tetapi juga hal kecil yang sering kita lewatkan: kesehatan, kesempatan belajar, teman yang mendukung, atau bahkan udara pagi yang segar. Ketika hati terbiasa melihat hal positif, pikiran pun akan terbentuk menjadi lebih optimistis.
Pada akhirnya, menjadi pribadi optimistis adalah pilihan. Pilihan untuk tidak membiarkan hidup kita dikendalikan ketakutan. Pilihan untuk berani menghadapi tantangan. Pilihan untuk percaya bahwa masa depan memiliki banyak kemungkinan. Optimisme bukan jaminan bahwa semua akan berjalan sempurna, tetapi ia memastikan bahwa kita akan menjalani hidup dengan hati yang lebih tenang dan pikiran yang lebih kuat.
Hidup ini penuh kejutan—ada yang menyenangkan, ada yang menyedihkan. Tapi selama kita memilih untuk melihat harapan, sebesar apa pun rintangannya, kita akan selalu menemukan alasan untuk melangkah. Jadilah pribadi yang optimistis, karena dunia ini terlalu luas dan terlalu indah untuk dijalani dengan rasa takut. Optimisme membuat kita lebih berani, lebih tangguh, dan lebih siap menghadapi apa pun yang datang dalam hidup.
*)Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang, Nim: 202510410110135, Kelas : Farmasi C
(Editor: Rulis)
Pilihan





