Puisi-Puisi Perjalanan M.Lailul Mubarok
M.Lailul Mubarok (Alumnus Siratul Islam) Beberapa puisinya sudah nangkring di pelbagai Media Cetak maupun Online, dan salah satu puisinya telah di bukukan di Antologi (Bisik Sendu), dan santri aktif PPA. Lubtara serta murid MA Tahfidz Annuqayah
Hati ingin
Ingin hati di kobarkan
Dan mulut ingin terbungkam
Dengan ingatan meneliti artikel halaman
Perihal malam kegembiraan.
Pandawa 5
Tanpa Kenangan
:Alm Siti Aisyah
Tubuhmu telah dimakan seorang asal
Terserah ia mau dibagaimana
Tapi ikutilah aturan dari tuhan
Agar tidak ada cerita dibelakang
Setelah segala lenyap dan hilang.
Maaf
Jika tak bisa menatap
Dengan hati yang retak
Dan akupun tak kuat.
Sebuah doa kuteduhkan
Pada lubang-lubang rumah
Untuk kau jadikan teman.
Selamat jalan
Dan sampaikan.
Pandawa 5
Ingin
Ingin tubuh berteduh denganmu
Pada hujan yang datang dan membisu
Tanpa membawa seribu gelisah
Hanya kematian diharapkan.
Mungkin ia sudah memanggil dari dulu
Untuk menyimpuhkan keadaan
Dalam ruangan tanpa penyesalan
Hingga kau tak sempat
Melepaskan sehelai kegembiraan.
Datang lah pada nyenyak
Meski sekejap
Dan lewat.
Pandawa 5
Tangis Tanpa Suara
Telah kusimpuhkan kata
Di dalam tangis tanpa suara
Hingga harapan mengalir deras
Pada sela panorama.
Semoga engkau memangil
Dikala bersimpuh ramai atau sunyi
Aamiin.
Pandawa 5
Bisakah
Bisakah kau tidak untuk menyapa
Ketika sunyi sudah melambaikan tangan
Agar ingatan tidak lupa pada alamatnya
Dan akupun tak mau menderita.
Sunyi
Janganlah begitu
Kau akan tau jika engkau mau
Tapi !.
Pandawa 5
Bisik
Di tengah gubuk hampir rapuh
Tubuh mengalunkan nyeri Yang nyentuh
Melalui gembira dalam peluh
Dan akupun berbisik pada sunyi
Hingga pagi menyerah untuk berganti.
Tapi ia telah mengabaikan sairku
Ibarat cerobong mendongeng pada karang bisu.
Akan tetapi
Ia telah abadi
Tanpamu aku tidak bakal seperti ini.
Pandawa 5
Perjalanan
Ditegah setelah gelisah
Tangan mengatur jalan tanpa belakin
Ia berdiri layu bertepatan dengan sunyi
Hingga tangan memiliki nyeri.
Subuh melahirkan adzan
Kutatap dengan mata kerapatan
Dari sekian lenanya kau berjalanan
Masih menengah perjalananmu
Hingga tetesan air liurmu
Mencurahkan sebagian debu.
Pada pagi hampir menyerah
Langit telah melontarkan tangis
Sampai perjalananmu
Tak kalah jauh dengan waktu.
Pandawa 5
Pilihan





