Sajak-sajak: M_DO
M_DO dengan nama asli Miftahor Ridho, berasal dari Lebbek, Pakong, Pamekasan yang sedang bermukim di Laskar Pena dan santri Pondok Pesantren Anuuqayah (PPA) Lubangsa Utara, Guluk-guluk Sumenep, dan kini masih mencari jati dirinya di TKJ.
*****
Darikau untuk ku
Hujan rindu
Merangkul diriku
Dalam sunyinya malam.
Gemuruh petir
turut serta
Menempa jiwa
Yang kerontang akan raga.
Seucap kata
Menorehkan luka
Seluas semesta
Sepatah janji
Membuat dunia tak berarti.
Reguler,2025
Persinggahan
Ditempatku bersinggah
Semua seakan tak berarti
Warung kecil
Hanya menyediakan
Menu janji dan sumpah serapah.
Bisakah aku memesan kepastian?
Semua membisu
Kala aku bertanya
Apakah ada diantara kalian
Yang melihat keadilan?
Jika sekarang
Semua tergantung
Pangkat dan jabatan
Dimana aku dapat memesannya?
Reguler,2025
Perjalanan terakhir
Telah lama
Jasat ini tertidur
Namun tidak dengan jiwanya.
Mengembara dalam
lukisan mimpi
Yang mengarahkan
Kehalaman sang ilahi.
Tak banyak yang menyambut diriku
Hanya dua sosok
Remang dalam terang.
Siapa kalian?
Mungkar,Nakir
Puisi-puisi
Memberi tau.
Reguler,2025
Perahuku
Bersemayam dalam dosa
Menyiksa hati
Menyambuk raga.
Dalam petang
Perahu kecil
Berisikan impian
Tak tau kemana harus berlabuh.
Diombang ambingkan
Ombak kenistaan
Dikaramkan
Oleh kenyataan.
Kemana sekarang
Dulu menjadi mercusuar
Pembuka jalan
Dalam gelapnya semesta raya.
Aku ingin bertemunya lagi
Untuk kusampaikan
Terimakasih terakhir.
Reguler,2025
Ziarah
Jum’at besok
Aku berjanji
Akan menatapmu
Untuk kutabur bunga terakhir
Dari perziarahanku.
Telah lama
Aku tak mengunjungimu
mimpi...
Sampai aku lupa
Tempat dimana terakhir
Aku menguburmu.
Reguler,202
Aku masih belum tangguh
Kau selalu menamparku
Dengan rasa lelah
Tak cukup tangguh
Tubuh rapuh ini
Menahan pedih luka.
Menghitung umur
Mengeja nasib.
Dalam letih
Pikiran tertelan mimpi
Yang memenjarakan jiwa
Bersama sunyi.
Melantuntan doa
Untuk tuhan
Meski tak ada yang tau
Sekarang dimana
Iya berteduh?
Reguler,2025
Pada malam itu
Seperempat malam
Puisi mengetuk
Pintu rumah ku.
Menitip kabar pilu
Dan rasa gelisah
Pada tubuh
Yang telah lama ringkih.
Puisi melempari jasad
Dengan rasa hampa
Turut menjelma raga.
Reguler,2025
Pilihan




